Bisnis.com, Batam - Badan Pengusahan (BP) Batam memastikan sejumlah insiden yang terjadi beberapa waktu terakhir, tidak menganggu dunia industri di Kota Batam.
Kepala BP Batam Muhammad Rudi melalui Kepala Biro Humas, Promosi dan Protokol Ariastuty Sirait saat dijumpai perihal kondisi industri saat ini, menekankan bahwa industri di Kota Batam berjalan aman seperti biasa.
Dirinya pun mengatakan bahwa kondisi sudah kondusif dengan sinergi dari semua pihak. Aparat Kepolisian hingga TNI siap sedia memberikan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat dan investor.
”Situasi sudah kondusif. Negara hadir untuk mengamankan wilayah ini. Aparat Penegak Hukum Kepolisian TNI terus mengawal pengamanan wilayah. Kami mengedepankan kenyamanan bagi investasi di Kota Batam,” kata Tuty.
Tuty mengatakan berdasarkan komunikasi yang pihaknya lakukan dengan mitra investor, industri di Batam tetap berjalan normal, kunjungan perusahaan asing ke Batam juga tidak mengalami kendala, bahkan sejumlah perusahaan terus mendapatkan orderan export.
”Syukur semua berjalan normal. Kami terus komunikasi dengan mitra kami para investor yang sudah menanamkan modalnya di Batam. Industri lancar-lancar saja bahkan ada yang siap untuk perluasan usaha. Saat ini kunjungan asing terus ada saja ke kantor kami," ungkap Tuty.
Dirinya juga menegaskan bahwa tidak ada travel warning yang dikeluarkan di Batam.
“Kami tegaskan tidak ada travel warning. Semua aktivitas perjalanan ke dalam wilayah Batam normal. Kami juga himbau masyarakat nasional dan internasional berhati-hati, terhadap pemberitaan hoaks yang sedang ramai bermunculan,” pesan Tuty.
Lanjut Tuty sejumlah perusahaan asing mengunjungi BP Batam beberapa hari terakhir. Ada Maersk Line, ASEAN Regional Integration Support-Indonesia Trade Support Facility (ARISE+ Indonesia), JGL Worldwide dan lainnya.
Maersk merupakan perusahaan pengapalan peti kemas internasional asal Denmark dan bagian anak usaha terbesar dari Maersk Group.
Sementara Maersk Line adalah perusahaan raksasa pengapalan peti kemas terbesar di dunia, baik dari sisi total jumlah kapal maupun total kapasitas muatannya.
Lebih jauh jelas Tuty, salah satu Perusahaan Australia PT. Shapeshell yang merupakan satu-Satunya Manufaktur Termutakhir Asal Australia yang berada di Batam-Indonesia, justru bersiap melakukan perluasan usaha dengan membuka satu lagi building di Batam.
Komitmen menjaga kenyamanan investasi ini, Kepala Biro Humas, Promosi dan Protokol Ariastuty Sirait bahkan mengunjungi Perusahaan manufacturing Australia, PT. Shapeshell Pty Ltd di Executive Industri Batam Centre, beberapa waktu lalu.
PT. Shapeshell yang berada di area Executive Industry melakukan inovasi pengembangan material dengan menggunakan material serat kaca (Fiber Glass) yang memenuhi standard industri konstruksi.
“Suatu kebanggaan di Batam bisa produksi komposit mutakhir, yang hanya ada di Australia dan produksi hanya ada satu-satunya di Indonesia dan itu ada di Batam”. Kata Tuty.
Produk shapeshell di gunakan untuk interior maupun exterior Gedung (Building façade) di kota-kota besar di Australia, Amerika,Timur Tengah dan negara ASEAN seperti Pilipina.
Pertemuan dihadiri oleh Jarrad Morgan – Director, Chris Flanagan - General Manager, Doug Guild - Production Manager dan Syafrizal - Quality & Product Development Manager, Plt. Kabag Promosi Sofyan beserta jajaran.
Director of PT. Shapeshell Pty Ltd. Jarrad Morgan mengatakan Batam adalah surga investasi. Maka pihaknya berharap pemerintah dapat membantu investasi mereka yang ada di sini.
“Dengan technology yang dimiliki PT. Shapeshell mampu mengerjakan projek tingkat kesulitan yang tinggi dengan geometri yang rumit. Produk kami mendominasi pasar di Amerika, Australia hingga Middle East.” Kata Jarrad dalam pertemuan itu.
“Suatu yang baik kami sudah 6 tahun di Batam yang sangat strategis secara ekonomi. Semoga kami dapat terus mengembangkan usaha di sini, tentu dengan dukungan dari BP dan pemerintah.” Pungkasnya.
Ada Negara Tak Happy Hilirisasi di Rempang
Kue investasi kian menjadi rebutan berbagai negara. Berbagai cara dipakai untuk menjegal investasi di negara pesaing. Sebab itu, hilirisasi yang tengah digalakkan pemerintah di Pulau Rempang, Batam, Kepri, tak membuat semua negara happy.
"Ada negara tidak happy kita maju dengan hilirisasi, utamanya di Rempang, segala macam cara dipakai untuk menjegal penciptaan nilai tambah di negara kita," ujar Tenaga Ahli Menteri Investasi Rizal Calvary Marimbo di Batam.
Rizal mengatakan, sejak berakhirnya COVID 19, berbagai cara dilakukan untuk menarik arus modal asing ke dalam negeri untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di berbagai negara. Salah satunya dengan mendorong investasi asing langsung atau foreign direct investment (FDI).
Pasalnya, sektor konsumsi tidak bisa diandalkan sepenuhnya lagi untuk menopang PDB (produk domestik bruto).
Berbagai negara meningkatkan daya saingnya baik melalui peningkatan infrastruktur, kemudahan perizinan, energi, insentif pajak, ketersediaan bahan baku dan lain sebagainya.
Indonesia, melalui Kementerian Investasi, bekerja keras memberikan gula-gula terbaik untuk investor.
"Dibawa kepemimpinan Menteri Bahlil, kemudian investor berebut masuk membawa modalnya di Indonesia. Tidak semua negara happy dengan kepiawaian Menteri Bahlil ini, apalagi dengan hilirisasi yang sedang digencarkan. Macam-macam jurus dipakai untuk menggagalkan, utamanya di Rempang ini," imbuh dia.
Menurut laporan UNCTAD yang bertajuk World Investment Report 2023, total nilai investasi asing langsung atau foreign direct investment (FDI) di Asia Tenggara mencapai US$222,56 miliar pada 2022.
Nilai FDI tersebut naik 4,58% dibandingkan dengan periode setahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Adapun Indonesia meraih investasi asing terbesar ke-2 di Asia Tenggara pada 2022, dengan nilai FDI yang diterima mencapai US$21,96 miliar.
Posisi Indonesia berada di bawah Singapura yang nilai FDI-nya memimpin kawasan ini. Tercatat, nilai investasi asing yang mengalir ke Negeri Singa pada 2022 mencapai US$141,21 miliar.
Berikutnya, ada Vietnam di urutan ketiga dengan investasi asing yang diterima sebesar US$17,9 miliar, diikuti Malaysia yang menerima US$16,93 miliar.