Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Usai Kunjungi China, Mendag AS Gina Raimondo Akan Bertemu CEO Perusahaan Besar AS

Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo diperkirakan akan bertemu dengan CEO perusahaan-perusahaan besar Amerika pekan ini.
Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo dalam sidang Komite Alokasi Senat di Washington, DC, AS, Selasa (16/5/2023)./Bloomberg
Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo dalam sidang Komite Alokasi Senat di Washington, DC, AS, Selasa (16/5/2023)./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Perdagangan Amerika Serikat (AS) Gina Raimondo diperkirakan akan bertemu dengan kepala eksekutif perusahaan-perusahaan besar Amerika pada minggu ini. 

Mengutip Reuters, Rabu (13/9/2023) Raimondo nantinya akan menyampaikan pidato dalam Business Roundtable, yang merupakan asosiasi yang terdiri lebih dari 200 CEO perusahaan besar Amerika di Washington pada Kamis (14/9).

Agenda ini dilakukan setelah Raimondo melakukan kunjungannya ke China dua minggu lalu. Ia mengangkat kekhawatiran mengenai kondisi bisnis di mana ia telah berbicara dengan lebih dari 100 CEO perusahaan AS menjelang perjalanannya ke China, membahas kesulitan melakukan bisnis di sana. 

Departemen Perdagangan juga tidak segera memberikan komentar. 

Dalam kunjungannya di China sebelumnya, Raimondo membicarakan keinginan perusahaan Amerika untuk melakukan bisnis di Negeri Tirai Bambu. Ia juga mengharapkan keterlibatan lebih lanjut dengan pejabat China dalam akses pasar. 

Di Shanghai, pada Rabu (30/8/2023) Raimondo mengatakan bahwa ia berharap untuk melihat beberapa hasil dalam beberapa bulan kedepan, sebagai hasil dari kunjungannya ke Beijing dan Shanghai selama empat hari. 

Raimondo mengutarakan bahwa terdapat ketertarikan antara bisnis AS untuk terus melakukan bisnis di China. 

"Bisnis AS ingin melakukan bisnis di sini tetapi mereka perlu memiliki lingkungan peraturan yang dapat diprediksi,” jelas Raimondo. 

Raimondo juga mengutarakan bahwa perusahaan AS telah mengeluk kepadanya bahwa China menjadi tempat yang tidak dapat diinvestasikan.

Keluhan tersebut dilontarkan karena merujuk pada denda, penggerebekan dan tindakan lain yang menjadi risiko dalam melakukan bisnis di Negeri Tirai Bambu tersebut. 

Ia mengatakan bahwa perusahaan AS menghadapi tantangan baru.

"Denda selangit tanpa penjelasan apa pun, revisi undang-undang kontra-spionase, yang tidak jelas dan mengirimkan gelombang kejut melalui komunitas AS; penggerebekan pada bisnis - tingkat tantangan yang sama sekali baru dan kami membutuhkannya untuk ditangani,” jelasnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper