Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hasil Kunjungan Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo ke China, Tak Ada Kesepakatan

Kunjungan Menteri Perdagangan AS Gina Raimodo ke China pekan lalu dinilai hanya menelurkan hasiil yang sederhana yakni komunikasi.
Perang dagang AS-China/istimewa
Perang dagang AS-China/istimewa

Bisnis.com, JAKARTA -- Usai sudah perjalanan Menteri Perdagangan Amerika Serikat (AS) Gina Raimondo ke Beijing dan Shanghai padapekan lalu (30/8/2023). Tidak ada kesepakatan yang dihasilkan dalam kunjungan ini, melainkan untuk memperbaiki komunikasi. 

Sebelumnya dalam 3 bulan terakhir, tiga utusan AS masing-masing telah telah berkunjung ke China. Para pejabat tinggi itu adalah Menteri Luar Negeri Antony Blinken, Menteri Keuangan Janet Yellen, dan utusan iklim John Kerry. Ketiganya juga kembali dengan tangan kosong. 

Kunjungan Gina dianggap sebagai peluang yang lebih baik, lantaran mandat dari Departemen Perdagangan adalah untuk mempromosikan perdagangan AS di luar negeri dan memerangi praktik yang mengancam Negara Paman Sam tersebut. 

Tak hanya itu, Gina juga mengawasi pengendalian ekspor yang telah menghambat perusahaan China. Contohnya seperti Huawei Technologies Co. 

Raimondo dalam kunjungannya bertemu dengan pihak pemerintah China, para pemimpin bisnis dan lembaga pendidikan AS, bertemu siswa dari AS dan China serta mengunjungi perusahaan-perusahaan ikonik AS seperti Boeing dan Disney. 

“Dalam pertemuan-pertemuan ini, kami melakukan percakapan konstruktif yang jujur, saya dapat menjelaskan kebijakan kami dan pendekatan kami terhadap China,” jelas Gina seperti dikutip dari Blomberg, Minggu (3/9/2023). 

Dia mengatakan bahwa pencapaian terbesar dalam kunjungannya adalah dimulainya komunikasi yang teratur. Kondisi yang dinilai sulit untuk dilakukan dan dimulai kembali.

“Sangat penting untuk mengingat konteksnya di sini. Ini adalah pertama kalinya dalam lebih dari lima tahun terakhir Menteri Perdagangan AS datang ke China untuk mulai berdiskusi,” jelas Raimondo.

Sedangkan terkait naiknya tensi dagang yakni kontrol ekspor antar kedua negara, ia menegaskan bahwa tidak membahas apapun mengenai hal tersebut dan tidak tertarik untuk menegosiasikannya. Oleh karena itu, tidak ada kesepakatan dalam pembahasan ini. Kunjungan, kata dia, terkait pertukaran informasi untuk berbagi lebih banyak informasi mengenai kebijakan penegakan kontrol ekspor tersebut. 

Selain mengenai kontrol ekspor, ia mengungkapkan bahwa terdapat tantangan dalam perdagangan dan investasi dalam hubungan komersial kedua negara tersebut. Gina mengatakan bahwa dalam kunjungannya hal tersebut dibahas dan merupakan sebuah pencapaian. 

Kemudian, terdapat keinginan yang kuat antara para pelaku bisnis AS untuk membuat hubungan kedua negara berhasil. Raimondo juga mengatakan bahwa bisnis membutuhkan lingkungan regulasi yang dapat diprediksi. Dari hal inilah peran komunikasi dapat bekerja. 

“Jadi kita bisa langsung berbicara tentang, Anda tahu, lapangan permainan yang tidak seimbang dan lingkungan peraturan yang tidak dapat diprediksi di China,” jelasnya. 

Menurutnya AS mengangkat isu-isu seperti subsidi, tekanan terhadap perusahaan-perusahaan AS, denda, penggerebekan dan pencurian kekayaan intelektual dimana kedua negara sepakat untuk mengumpulkan para ahli di China untuk membahas hal tersebut. 

Gina sendiri tidak menghadapkan adanya terobosan pada isu-isu yang mempengaruhi perusahaan-perusahaan AS pada pertemuan pertamanya dengan para pejabat China. Namun, ia berharap adanya terobosan dalam beberapa bulan kedepan, yakni sebagai hasil kunjungannya selama empat hari ke China. 

“Kami menciptakan saluran komunikasi baru yang akan memungkinkan kami untuk mengangkat dan secara ideal menyelesaikan masalah yang melemahkan pekerja dan bisnis kami,” jelasnya, dengan tidak berharap kedua negara kembali ke masa menutup komunikasi. 

Mengutip Bloomberg, salah satu eksekutif AS yang bertemu dengan Gina mengatakan bahwa kunjungannya tidak cukup. Menurutnya, satu-satunya cara untuk mengubah perilaku China adalah mengenakan biaya tambahan pada Negeri Tirai Bambu tersebut. 

Namun, terlepas dari tekanan yang terjadi, wakil presiden di Asia Society Policy Institute, Wendy Cutler mengatakan bahwa masih ada peluang untuk membuat komitmen nyata dalam beberapa bulan mendatang.

“[Saluran komunikasi baru Raimondo] tampaknya memberikan hasil yang sangat sederhana,” jelasnya. Namun, mengingat keadaan hubungan AS-China, Cutler berpendapat bahwa setiap langkah maju adalah hal yang sangat penting. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper