Bisnis.com, JAKARTA -- Tensi inflasi Amerika Serikat yang mendingin akibat kebijakan suku bunga tinggi oleh Bank Sentral, The Fed mulai terlihat ke pasar tenaga kerja. Pembukaan lapangan kerja baru per Juli 2023 lebih rendah dari perkiraan, bahkan menyentuh level terendah dalam 2 tahun terakhir.
Mengutip Bloomberg, Rabu (30/8/2023) menurut Survei Pembukaan Pekerjaan dan Perputaran Tenaga Kerja Biro Statistik Tenaga Kerja atau (JOLTS), jumlah posisi lapangan pekerjaan yang tersedia turun menjadi 8,83 juta dari 9,17 juta pada Juni 2023. Angka ini menandai penurunan keenam dalam 7 bulan terakhir.
Kemudian, diketahui bahwa jumlah orang yang meninggalkan pekerjaan secara sukarela terhadap total lapangan kerja turun menjadi 2,3 persen, angka terendah sejak awal 2021. Hal tersebut menunjukan masyarakat AS kurang yakin akan kemampuan mereka untuk mendapatkan pekerjaan baru di pasar dengan kondisi saat ini.
Penurunan jumlah lowongan kemudian juga mencerminkan penurunan layanan profesional dan bisnis, layanan kesehatan dan pemerintahan. Kondisi ini juga berdampak meredam pertumbuhan upah akibat negoisasi baru saat perekrutan pekerja baru.
Saat permintaan tenaga kerja mengalami penurunan, tingkat pengangguran tetap rendah secara historis.
Baca Juga
Tanggapan Ekonom
Ekonom Bloomberg, Stuart Paul, mengatakan bahwa data pasar tenaga kerja hingga Juli 2023 menunjukan apa yang ingin dilihat oleh The Fed, yakni pertumbuhan lapangan kerja yang lebih lambat dan tingkat pengangguran yang rendah saat permintaan tenaga kerja berlebihan berkurang.
Ketua The Fed, Jerome Powell pada minggu lalu juga menyarankan bahwa jika pasar tenaga kerja terus melonggar, maka inflasi dapat terus menurun.
"The Fed khawatir bahwa pertumbuhan upah yang cepat dapat memicu tekanan inflasi pada tahun 2024, tetapi pertumbuhan upah kemungkinan akan melambat dalam beberapa bulan mendatang karena pekerja melihat lebih sedikit peluang untuk menaikkan upah dengan berpindah pekerjaan," jelas kepala ekonom di Comerica Bank, kata Bill Adams dalam catatannya.
Berdasarkan survei Bloomberg, perkiraan median terhadap para ekonom menyebutkan adanya 9,5 juta lowongan pekerjaan. Imbal hasil obligasi AS juga turun setelah angka-angka tersebut, sementara S&P 500 memperpanjang kenaikan.
Beberapa ekonom juga mempertanyakan keandalan statistik JOLTS mengingat tingkat respons yang rendah.
Angka terpisah dari Conference Board pada hari Selasa (29/8/2023) menunjukkan orang AS kurang optimis tentang kemampuan mereka untuk mendapatkan pekerjaan. Laporan tersebut juga menunjukan bahwa pernyataan responden dan menyatakan pekerjaan sulit didapat, naik ke level tertinggi sejak April 2021.
Untuk diketahui, rasio lowongan kerja terhadap pengangguran turun menjadi 1,5, yakni terendah sejak September 2021. Sedangkan, puncaknya pada 2022, rasionya adalah 2 banding 1.
Perekrutan turun ke level terendah sejak Januari 2021. Jumlah perekrutan turun 458.000 selama dua bulan terakhir, yakni penurunan terbesar sejak akhir 2020.
Data tersebut mendahului laporan pekerjaan bulanan yang akan dirilis pada Jumat (1/9/2023) mendatang. Diperkirakan akan menunjukan bahwa pengusaha menambahkan 170.000 pekerjaan pada Agustus.
Angka tersebut ketika dipasangkan dengan revisi tolok ukur awal yang dirilis minggu lalu, menyoroti perlambatan yang terukur dalam perekrutan selama setahun terakhir.