Bisnis.com, JAKARTA -- Perlambatan ekonomi China memberi dampak serius bagi manufaktur dunia layaknya teori butterfly effect. Dalam pemikiran teori butterfly effect, satu perubahan pada suatu tempat dapat mengakibatkan perbedaan besar dalam beberapa wakty ke depan.
Kondisi ketergantungan akan ekonomi China ini berasal dari survei swasta pada Selasa (1/8/2023). Temuan menunjukkan aktivitas pabrik global semakin memburuk pada Juli 2023 karena perlambatan pertumbuhan dan pelemahan di China.
Penurunan tersebut memberikan dilema bagi para pembuat kebijakan. Diketahui bank sentral memulai siklus pengetatan agresif untuk melawan inflasi, namun juga perlu mencoba dan mencegah potensi resesi.
Perlambatan juga terjadi di negara besar lainnya. Purchasing Managers Index (PMI) zona euro secara keseluruhan menunjukan aktivitas manufaktur berkontraksi pada Juli 2023.
PMI manufaktur final HCOB, disusun oleh S&P Global, tumbuh menjadi 42,27 pada Juli 2023 dari 43,4 Juni 2023, terendah sejak Mei 2020. Angka di bawah 50 menandai kontraksi.
Penurunan manufaktur di Jerman semakin dalam pada awal kuartal III/2023. Sektor pabrik Prancis juga mengalami kontraksi lebih lanjut pada Juli 2023.
Baca Juga
“Permintaan sedang mengalami masa sulit. Berkurangnya output ditambah dengan dampak langsung dari inflasi, kekurangan tenaga kerja dan pergeseran preferensi pelanggan, semuanya terus menekan bisnis." Jelas pemimpin industri global di Accenture, Thomas Rinn, sesuai pemberitaan Reuters, Selasa (1/8/2023).
Di Inggris, output manufaktur juga mengalami kontraksi pada Juli 2023, dengan laju tercepat dalam tujuh bulan terakhir.
Kemudian, beralih ke Asia, Jepang, Korea Selatan, Taiwan dan Vietnam melihat aktivitas manufaktur berkontraksi pada Juli 2023, menyoroti tekanan permintaan China yang lamban, yang ditimbulkan wilayah tersebut.
PMI Manufaktur Global Caixin/S&P China turun menjadi 49,2 pada Juli dari 50,5 pada Juni 2023, menandai penurunan aktivitas pertama sejak April 2023. Data ini sejalan dengan PMI resmi pemerintah China.
“PMI manufaktur tetap berada di wilayah kontraksi di sebagian besar negara berkembang Asia bulan lalu dan data yang mendasari menunjukan pelemahan lebih lanjut,” jelas ekonom negara berkembang Asia di Capital Economics, Shivaan Tando.
Di India, pertumbuhan aktivitas manufaktur dilaporkan melambat pada Juli 2023. Namun laju ekspansi tetap sehat dan melampaui ekspektasi.
Asia sendiri telah menjadi salah satu dari sedikit titik terang dalam ekonomi global, meskipun perlambatan China mengaburkan prospek tersebut.