Bisnis.com, JAKARTA - Investor Amerika Serikat (AS) mengatakan bahwa mereka khawatir China akan membalas atau menarik diri dari membeli teknologi Amerika. Kebijakan yang mungkin dilakukan setelah sebagian besar pasar mengabaikan langkah dari Presiden Joe Biden.
Sebagaimana diketahui, Biden pada Rabu (9/8/2023) mengeluarkan perintah eksekutif yang melarang beberapa investasi baru oleh investor Negeri Paman Sam di China dalam teknologi sensitif, termasuk chip komputer.
Pada awalnya investor AS tidak terpengaruh oleh berita tersebut, dan mengatakan bahwa pembatasan yang diumumkan tidak terlalu parah seperti yang dikhawatirkan dan tidak mungkin meluas ke investasi pasif di saham publik China.
Namun, beberapa manajer portofolio mengatakan bahwa kekhawatiran yang lebih besar adalah apakah China akan melakukan perlawanan balik, seperti hal-hal yang sudah terjadi sebelumnya.
"Sangat bergantung pada bagaimana China memutuskan untuk bereaksi terhadap hal itu. Perang teknologi yang sangat signifikan antar negara adalah hal yang sangat negatif," kata Rick Meckler, penasihat investasi Cherry Lane di New Jersey dikutip dari Reuters, Jumat (11/8).
Kementerian perdagangan China menanggapi perintah eksekutif Biden dengan “sangat prihatin” dan berhak untuk mengambil tindakan balasan. Beberapa analis China mengatakan bahwa pilihan China terbatas dan tidak mungkin meningkatkan masalah ini.
Baca Juga
Pada Mei 2023, China menargetkan pembuat chip AS, Micron Technology setelah AS memberlakukan serangkaian kontrol ekspor pada komponen dan alat pembuat Chip AS ke China.
AS menuduh China menghukum perusahaan AS lainnya, di tengah meningkatnya ketegangan antara dua kekuatan ekonomi global.
"Naif untuk berpikir bahwa tidak akan ada semacam pembalasan dari China," jelas Tom Plumb, CEO reksa dana Plumb Funds.
Plumb juga mengatakan bahwa China dapat membatasi ekspor Logam Tanah Jarang (LTJ). Logam langka yang sangat penting dalam membuat peralatan elektronik, kendaraan listrik dan komponen lainnya. Tindakan yang dapat mengenai perusahaan teknologi AS.
Di sisi lain, beberapa investor yang memiliki berbagai investasi, dilaporkan bahwa mereka telah mengurangi keterlibatan mereka di negeri yang dijuluki Tirai Bambu itu.
Michael Ashley Schulman, kepala investasi di Running Point Capital Advisors, mengatakan beberapa klien telah meminta pengurangan atau tanpa paparan China melalui saham, obligasi, dan ETF.
Bahkan, Schulman juga memperkirakan bahwa setelah pengumuman dari pemerintah, maka mereka akan menerima beberapa permintaan yang serupa.
Kemudian, Co-portfolio manager Rayliant Quantamental China Equity ETF, Phillip Wool, juga mengatakan ketegangan AS-China menyebabkan investor kehilangan pertumbuhan China.
"Risiko yang lebih besar bagi investor adalah tidak mengalokasikan ke pasar di mana valuasinya sangat rendah - relatif terhadap pasar ekuitas lain dan sejarah China sendiri - dan di mana terdapat banyak perusahaan dengan fundamental kuat yang mengalami pertumbuhan pesat,” jelasnya.