Bisnis.com, JAKARTA — Conrad Asia Energy Ltd (ASX:CRD) menandatangani kesepakatan awal tidak mengikat atau non-binding negosiasi penjualan gas Blok Duyung, Lapangan Mako dengan SembCorp Gas Pte Ltd., perusahaan pembangkit Singapura.
Kesepakatan awal tidak mengikat itu disampaikan Managing Director dan CEO Conrad Miltos Xynogalas lewat keterbukaan informasi yang ditandangani hari ini, Selasa (12/9/2023) di Singapura.
“Condrad menandatangani sebuah nota ketentuan tidak mengikat dengan SembCorp Gas Pte Ltd. yang menggarisbawahi dasar kerangka untuk negosiasi akhir kesepakatan definitif penjualan gas,” kata manajemen Condrad seperti dikutip dari keterbukaan informasi.
Lewat nota awal itu, Condrad & SembCorp sepakat untuk melanjutkan negosiasi dengan tenggat kesepakatan akhir perjanjian jual beli gas atau gas sales agreement (GSA) pada 31 Desember 2023.
Tenggat itu sejalan dengan target keputusan akhir investasi atau final investment decision (FID) pengembangan Lapangan Mako.
Beberapa poin penting dalam negosiasi GSA itu di antaranya rencana penjualan gas sejak awal masa produksi hingga masa akhir kontrak bagi hasil atau production sharing contract (PSC) di Blok Duyung berakhir pada 2037.
Baca Juga
Dengan total volume penjualan gas mencapai 293 triliun british thermal unit (Tbtu) (c 293 Bcf) dengan potensi penambahan mencapai ke level 392 Tbtu (c 392 Bcf), setara dengan 71 persen dan hingga 95 persen dari keseluruhan pontensi 2C contingent resources mencapai 413 Bcf, seperti yang diuji oleh GaffneyCline Associates pada 26 Agustus 2022 lalu. Penjualan gas nantinya bakal mengikuti harga minyak mentah Brent.
“Condrad akan menginformasikan kelanjutan dari negosiasi nota awal ini,” tulis manajemen.
Adapun, penyelesaian GSA dari Lapangan Mako itu menjadi krusial untuk Conrad terkait dengan kelanjutan divestasi atau farm-down sebagian hak partisipasi mereka di Blok Duyung yang berada di lepas pantai Cekungan Natuna Barat, Kepulauan Riau.
Miltos mengatakan, perusahaan masih berfokus untuk menyelesaikan sejumlah ketentuan pada negosiasi GSA gas lapangan itu kepada pembeli Singapura saat ini.
“Kita telah memperpanjang lini waktu sebelumnya karena proyek yang terbilang besar tapi kita tetap percaya bahwa negosiasi ini dapat segera diselesaikan dalam waktu dekat,” kata Miltos melalui keterbukaan informasi, Senin (31/7/2023).
Conrad melalui anak usahanya, West Natuna Exploration Limited, memegang 76,5 persen hak partisipasi di blok migas lepas pantai Duyung PSC bersama dengan Coro Energy Duyung (Singapura) Pte. Ltd (bagian dari Coro Energy Ltd yang terdaftar di London AIM, dengan 15 persen hak partisipasi) dan Empyrean Energy PLC (8,5 persen hak partisipasi) sebuah perusahaan yang didirikan di Inggris.
Pelepasan sebagian hak partisipasi Blok Duyung dilakukan Conrad menyusul revisi rencana pengembangan atau plan of development (PoD) lapangan yang disetujui Menteri ESDM Arifin Tasfrif pada November 2022 lalu.
Lewat revisi PoD itu, contingent resources gas dari lapangan gas Mako naik 458 persen ke level 297 miliar kaki kubik pasca-suksesnya pengeboran apraisal tahun lalu. Selain itu, otoritas hulu migas juga mengizinkan Conrad untuk melakukan ekspor gas ke Singapura 100 persen lantaran belum tersedianya infrastruktur transmisi pada pasar domestik.
“Secara paralel dengan negosiasi GSA, kita telah menyaksikan kemajuan signifikan untuk pengembangan Mako dan telah menyelesaikan operasi pertama di sana seperti survei geospasial untuk lapangan pengembangan dan rute jaringan pipa,” kata Miltos.
Adapun, pasar Singapura telah terhubung dengan pipa West Natuna Transportation System. Pemerintah memberi izin kepada Conrad untuk mengekspor gas sampai dengan 100 persen pada pasar Singapura lewat pipa tersebut.
Hanya saja, Conrad mesti mengalokasikan ekspor hingga 25 persen dari produksi gas ke pasar domestik setelah infrastruktur transmisi dalam negeri terbangun nantinya.