Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Alasan Manuver Condrad Asia Lepas Sebagian Saham di Blok Duyung

Conrad Asia Energy Ltd melakukan manuver dengan melepas sebagian saham atau hak partisipasi mereka di Blok Duyung.
Blok migas/Ilustrasi
Blok migas/Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah praktisi dan pemerhati migas menilai manuver Conrad Asia Energy Ltd (ASX:CRD) yang belakangan memilih untuk melepas sebagian hak partisipasi mereka di Blok Duyung dipengaruhi oleh biaya pengembangan lapangan yang tinggi saat ini.

Posisi Blok Duyung yang berada di lepas pantai Cekungan Natuna Barat, Kepulauan Riau dinilai membuat keekonomian proyek menjadi mahal. Dengan demikian, manuver untuk melepas sebagian hak partisipasi dinilai dapat menjadi jalan keluar yang efektif terkait dengan upaya pengembangan lapangan tersebut.

Ketua Komite Investasi Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas (Aspermigas) Moshe Rizal berpendapat lokasi lapangan yang berada di frontier, laut dalam hingga keterbatasan infrastruktur membuat Blok Duyung relatif menantang dari sisi pengembangan.

“Lebih ke ketersediaan infrastruktur penunjuangnya, biaya logistik dan operasi bisa lebih mahal kalau minim infrastruktur,” kata Moshe saat dihubungi, Senin (31/7/2023).

Sementara itu, Direktur Eksekutif Reforminer Komaidi Notonegoro mengatakan aksi korporasi Condrad Energy itu menunjukan portofolio lapangan migas Indonesia yang didominasi oleh lapangan tua yang relatif berbiaya besar untuk pengembangan dan perawatannya.

Karakteristik lapangan tua itu, kata Komaidi, membuat investasi untuk pengangkutan migas menjadi lebih mahal. Dengan demikian, kebutuhan investasi dari kontraktor kontrak karya (KKKS) menjadi lebih tinggi.

“Biaya pengembangannya relatif tinggi kalau dibandingkan dengan lapangan-lapangan yang belum masuk ke fase tersebut, sehingga memang biaya per barelnya akan semakin tinggi dari waktu ke waktu,” kata Komaidi.

Dia mensinyalir manuver yang diambil Condrad Energy itu turut didorong oleh faktor kenaikan ongkos produksi akibat karakteristik lapangan yang tua serta minimnya infrastruktur penunjang di lepas pantai tersebut.

“Bisa juga karena pertimbangan dari biaya pengembangan lapangan yang dilepas itu juga sudah terbilang tinggi,” kata dia.

Seperti diberitakan sebelumnya, Condrad tengah melanjutkan negosiasi kontrak jual beli gas atau gas sales agreement (GSA) Lapangan Mako, Blok Duyung dengan pembeli potensial Singapura dan SKK Migas.

Rencananya, GSA itu dapat diselesaikan pada triwulan ketiga tahun ini. Adapun, penyelesaian GSA dari Lapangan Mako itu menjadi krusial untuk Conrad terkait dengan kelanjutan divestasi atau farm-down sebagian hak partisipasi mereka di Blok Duyung.

Managing Director dan CEO Conrad Miltos Xynogalas mengatakan, target penyelesaian divestasi sebagian hak partisipasi Conrad belakangan turut mengalami kemunduran seiring dengan negosiasi GSA Lapangan Mako yang belum selesai pada triwulan kedua tahun ini.

“Perpanjangan waktu [negosiasi GSA] berpengaruh langsung pada proses divestasi yang sekarang kita targetkan dapat berlanjut pada kuartal ini,” kata dia.

Conrad melalui anak usahanya, West Natuna Exploration Limited, memegang 76,5 persen hak partisipasi di blok migas lepas pantai Duyung PSC bersama dengan Coro Energy Duyung (Singapura) Pte. Ltd (bagian dari Coro Energy Ltd yang terdaftar di London AIM, dengan 15 persen hak partisipasi) dan Empyrean Energy PLC (8,5 persen hak partisipasi) sebuah perusahaan yang didirikan di Inggris.

Pelepasan sebagian hak partisipasi Blok Duyung dilakukan Conrad menyusul revisi rencana pengembangan atau plan of development (PoD) lapangan yang disetujui Menteri ESDM Arifin Tasfrif pada November 2022.

Lewat revisi PoD itu, contingent resources gas dari lapangan gas Mako naik 458 persen ke level 297 miliar kaki kubik pasca-suksesnya pengeboran apraisal tahun lalu. Selain itu, otoritas hulu migas juga mengizinkan Conrad untuk melakukan ekspor gas ke Singapura 100 persen lantaran belum tersedianya infrastruktur transmisi pada pasar domestik.

Adapun, pasar Singapura telah terhubung dengan pipa West Natuna Transportation System. Pemerintah memberi izin kepada Conrad untuk mengekspor gas sampai dengan 100 persen pada pasar Singapura lewat pipa tersebut.

Hanya saja, Conrad mesti mengalokasikan ekspor hingga 25 persen dari produksi gas ke pasar domestik setelah infrastruktur transmisi dalam negeri terbangun nantinya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper