Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengamat: Kurang Modal & Tak Kompetitif Buat Ritel Sulit Bertahan

Bisnis ritel perlu kompetitif dan punya modal kuat untuk bertahan di tengah pelemahan daya beli.
Lulu Hypermart, Cakung, Jakarta Timur, Rabu (2/4/2025). / BISNIS - Ni Luh Anggela
Lulu Hypermart, Cakung, Jakarta Timur, Rabu (2/4/2025). / BISNIS - Ni Luh Anggela

Bisnis.com, JAKARTA — Harga yang tak kompetitif hingga kurangnya permodalan dinilai menjadi penyebab sejumlah ritel di Indonesia berguguran.

Dalam 5 bulan pertama 2025, sebanyak tiga ritel di Indonesia memutuskan menutup gerainya. Mereka di antaranya Lulu Hypermarket, Scan and Go, dan GS Supermarket.

Direktur Eksekutif Core Indonesia Mohammad Faisal mengatakan, gerai ritel akan tumbang jika tak bisa menawarkan harga yang lebih bersaing dari kompetitor. Apalagi, saat ini daya beli masyarakat juga menurun.

Faisal juga menjelaskan bahwa mayoritas konsumen ritel di Indonesia berasal dari kelas menengah dan calon kelas menengah yang tengah mengalami penurunan daya beli sejak 2022.

“Dalam kondisi daya beli dari konsumen menurun, tentu saja masalah harga berperan penting karena perbedaan harga tipis itu akan sangat menentukan pilihan dari konsumen,” kata Faisal kepada Bisnis, Jumat (9/5/2025).

Kondisi ini pun membuat permintaan terhadap barang menjadi terbatas. Alhasil, persaingan di industri ritel juga menjadi semakin kompetitif dan ketat untuk memperebutkan permintaan ini.

Menurut Faisal, peritel harus memenangkan persaingan bisnis di tengah kondisi seperti ini, dengan mencari model bisnis yang tepat. Misalnya saja, lanjut dia, jika peritel menargetkan konsumen kelas menengah maka peta persaingan menjadi lebih ketat, di mana perbedaan harga akan sangat berpengaruh.

Selain itu, sambung dia, faktor-faktor lain seperti lokasi hingga layanan digital juga akan memengaruhi.

“Ketika dalam kondisi daya beli sekarang mengalami pelemahan, tentunya ritel yang lebih bisa survive, yang lebih bisa kompetitif dari sisi harga, dari sisi pelayanan, dan juga dari sisi lokasi termasuk juga permodalan, ini yang akan bisa memenangkan persaingan,” bebernya.

Terlebih, pada tahun ini, Faisal menyebut, pertumbuhan ritel mengalami pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

“Di antara sekian banyak retail, kalau kita lihat dari indeks penjualan retail, hampir semua komponen barang retail itu mengalami penurunan semua kelompok, bukan hanya penurunan tetapi juga perlambatan,” ungkapnya.

Faisal menuturkan, kelompok ritel untuk produk makanan dan minuman mengalami perlambatan yang sangat signifikan pada kuartal I/2025. Artinya, dia menjelaskan, hanya ritel yang mampu bertahan di tengah gempuran penurunan daya beli dan persaingan bisnis.

“Yang tidak kuat tentu saja akhirnya akan menutup gerainya karena berarti juga mungkin melihat dari prospek ke depannya juga susah kalau kemudian dipertahankan sehingga perlu melakukan strategi bisnis yang baru kalau dari sisi korporasinya,” tandasnya.

Teranyar, GS Supermarket akan menutup seluruh cabang pada 31 Mei 2025 di Indonesia. Raksasa ritel asal Korea Selatan itu disebut akan diambil alih oleh investor baru.

Ketua Umum Himpunan Peritel & Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah mengatakan, GS Supermarket memutuskan untuk tidak lagi melanjutkan bisnisnya di Indonesia.

Setelah itu, GS akan diambil alih oleh investor yang tengah dalam proses negosiasi. Sayangnya, dia tidak mau memberikan informasi lebih detail siapa investor yang akan mengambil alih GS Supermarket di Indonesia.

Budihardjo meminta agar masyarakat menunggu informasi resmi dari investor ataupun pihak GS Supermarket.

Saat ditanya lebih lanjut apakah investor asing atau lokal yang akan mengambil alih GS, Budihardjo hanya bisa memastikan perusahaan tersebut akan diambil alih oleh sesama peritel.

“Wah, ya no comment dulu deh [diambil alih oleh investor asing atau lokal], tunggu aja. Pokoknya sesama peritel pastinya,” kata Budihardjo saat dihubungi Bisnis.

Hingga saat ini, Budihardjo mengaku baru mengetahui ada tiga ritel supermarket yang memutuskan untuk menghentikan operasinya di Indonesia. Selain skala besar, Budihardjo menyebut, ada pula ritel skala kecil yang memutuskan menutup cabangnya.

“Lulu [Lulu Hypermarket] juga kan mau tutup juga, GS Supermarket. Ada Scan and Go, itu supermarket kecil ada tiga cabang. Yang saya tahu baru tiga brand itu [yang tutup]. Yang luar Pulau belum tahu saya,” tuturnya.

Menurutnya, fenomena ritel berguguran ini merupakan siklus normal lantaran tren bisnis ritel terus mengalami pasang-surut. Meski demikian, dia juga tak memungkiri penurunan daya beli masyarakat menjadi salah satu alasan bagi ritel menutup bisnisnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper