Bisnis.com, JAKARTA - Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Pahala Mansury mengatakan bahwa transisi energi di kawasan Asean memiliki banyak potensi.
Pahala mengatakan bahwa Indonesia memiliki salah satu cadangan nikel terbesar yang mencapai sekitar 22 juta metrik ton, sedangkan Filipina memiliki sekitar 4 juta metrik ton.
“Kapasitas gabungan ini dapat menjadikan Asean sebagai pemain kunci dalam rantai pasokan global baterai EV. Indonesia dan Vietnam saat ini sudah mulai mengembangkan ekosistemnya,” jelas Pahala dalam Asean Business and Investment Summit, Senin (4/9/2023).
Terkait rantai pasokan global, Pahala mengungkapkan bahwa kita perlu mensyukuri posisi Asean sehingga dapat menjadi bagian dari rantai pasokan global.
Menurutnya, hal ini sangat relevan dengan mengingat ketegangan geopolitik yang semakin meningkat sehingga Asean dapat menjadi alternatif.
“Asean akan muncul sebagai alternatif untuk dapat menjadi hub bagi rantai pasokan global untuk dapat mengatasi beberapa ketahanan dan mengurangi risiko dari berbagai masalah dengan rantai pasokan global,” jelasnya.
Baca Juga
Sebelumnya, mengutip keterangan resmi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, salah satu upaya yang dilakukan dari Indonesia adalah bekerja sama dengan Australia untuk mewujudkan ambisi sebagai pemain utama ‘Global Value Chains’ dalam baterai dan mineral penting.
“Kemitraan antara Indonesia dan Western Australia dapat membuka peluang besar di sektor mineral penting,” jelas Dubes RI Canberra Siswo Pramono, mengutip dari keterangan resmi.
Dapat diketahui bahwa Australia akan menjadi pemasok lithium dan Indonesia menjadi pemasok nikel, yang kedua bahan tersebut merupakan komponen utama dalam produksi EV.
Kedua negara juga diklaim dapat berkontribusi lebih besar pada ‘global value chain’ untuk memasok kebutuhan baterai dan mineral penting.
Namun, menurut Koordinator Khusus Kemitraan untuk Infrastruktur dan Investasi Global (PGI) Amerika Serikat Helaina Matza ambisi tersebut dapat terwujud jika Indonesia tidak hanya mengandalkan produksi nikel saja, namun juga melihat aspek lainnya.
"[Menjadi pemain baterai global] Bukan hanya karena kemampuan produksi bijih nikel, tetapi juga karena investasi yang mereka lakukan dalam pemrosesan dan hubungan yang mereka jalin dengan perusahaan otomotif dan pembuat baterai," ungkap Matza kepada Bisnis di Mandarin Oriental Jakarta, Jumat (25/8/2023).