Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Pertanian dan Pangan, Kehutanan, dan Bisnis Kecil Jackie Jarvis mengatakan bahwa masalah mengenai pengiriman gandum kepada Indonesia akan menjadi prioritas.
Jarvis mengungkapkan bahwa Australia Barat memiliki prioritas untuk memasok gandum bagi pihak yang hubungannya sudah terjalin lama, seperti Indonesia.
"Di Indonesia, kami sangat dekat, relatif mudah untuk mendapatkan gandum dari Australia Barat ke Indonesia," ujar Jarvis dalam Konferensi Pers Indonesia Connect Roadshow di Ayana Midplaza Hotel, Jakarta, Minggu (3/9/2023).
Australia Barat diketahui memiliki 2,8 juta populasi, namun mampu mengekspor 90 persen gandum yang ditanam dan dihasilkan sendiri. Australia Barat menggunakan pertanian dengan sistem lahan kering yang paling efisien di dunia dan memiliki peningkatan teknologi plan breathing.
Jarvis sendiri mengungkapkan dengan teknologi tersebut, maka dapat meningkatkan hasil panen gandum dari lahan yang sama.
"Jadi saya yakin kami akan terus mengekspor 90 persen atau lebih gandum yang kami tanam di Australia Barat" jelasnya.
Baca Juga
Dia mengungkapkan bahwa Australia Barat telah mengekspor gandum ke Indonesia selama beberapa dekade. Hubungan kedua negara dinilai akan semakin kuat. Namun, dikarenakan gandum adalah komoditas global, maka harga ditentukan di tingkat global.
Berdasarkan catatan Bisnis, pemerintah mengatakan bahwa aksi Rusia mencabut ekspor gandum di kawasan Laut Hitam tidak berpengaruh terhadap pasokan gandum Indonesia.
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menuturkan bahwa sebagian besar pasokan gandum Indonesia bukan dari Rusia maupun Ukraina, namun separuhnya didatangkan dari Australia.
"Indonesia 52 persen impor gandumnya dari Australia," ujar Arief saat dihubungi, Kamis (20/7/2023).
Kemudian, Wakil Direktur Jenderal - Strategi dan Keterlibatan Internasional Australia Barat, Simone Spencer, menjelaskan bahwa Indonesia adalah mitra dagang penting bagi Australia Barat.
Ekspor utama dari Australia Barat untuk Indonesia sendiri pada 2022 meliputi petroleum (minyak bumi) sebesar 31 persen, dan diikuti gandum dan bijih besi masing-masing 25 persen.