Bisnis.com, JAKARTA - Harga pasta berpotensi mengalami kenaikan karena kekeringan yang terjadi di Kanada dan cuaca buruk di Eropa, sehingga merusak tanaman gandum durum dan mengurangi pasokan yang tersedia bagi pabrik tepung dan perusahaan makanan.
Mengutip Reuters, Kamis (31/8/2023), pemerintah Italia mengadakan pertemuan krisis pada Mei 2023 akibat harga pokok melonjak lebih dari dua kali lipat tingkat inflasi nasional.
Dengan produksi gandum durum global yang menuju titik terendah dalam 22 tahun, pembuat pasta terkenal di Italia harus beralih ke pemasok yang tidak biasa seperti Turki untuk bahan utama mereka.
Di Toronto, Continental Noodles mengetahui masalah tersebut karena harga sekantong tepung semolina seberat 20 kilogram, yakni yang digiling dari durum, naik 24 persen dalam beberapa minggu pada Juli 2023 menjadi US$19,15.
Continental sendiri merupakan bisnis milik keluarga, dengan menjual fettuccine dan ravioli ke Whole Foods dan masyarakat umum. Mereka juga perlu membayar tomat dengan harga yang lebih mahal dalam sausnya, setelah ada kendala panen di Spanyol dan India.
Salah satu pemilik Continental yakni Vincent Liberatore khawatir bahwa harga akan naik lebih tinggi lantaran petani di Kanada, eksportir terbesar gandum durum telah melihat panen mereka rusak akibat kekeringan.
Baca Juga
Liberatore sendiri juga mengatakan bahwa bisnis akan menanggung biaya selama mungkin, tanpa mengetahui seberapa banyak konsumen akan membayar.
"Stres terbesar bagi pemilik bisnis saat ini adalah ketidakpastian - naik turun seperti roller coaster," jelasnya, yang juga mengatakan bahwa para penduduk tidak sanggup karena harga terus naik.
Menurut firma riset pasar Nielsen, harga pasta eceran tahun ini naik sekitar 12 persen di Eropa dan 8 persen di Amerika Serikat (AS). Setelah pembatasan ekspor India, harga bahan makanan pokok lainnya yakni beras juga melonjak naik.
Dewan Biji-bijian Internasional atau International Grains Council memperkirakan produksi durum global pada 2023/2024 berada dalam titik terendah dalam 22 tahun terakhir. Hal ini mendorong stok dunia ke titik terendah dalam tiga dekade.
Akibat hal ini, maka beberapa perusahaan kemudian mencari alternatif dengan beralih ke sumber pasokan baru. Turki kemudian muncul sebagai eksportir durum yang mengejutkan.
Perkiraan pasar memperkirakan bahwa penjualan ekspor durum Turki sejauh musim ini mencapai 300.000 metrik ton, dengan sebagian besar ditujukan ke Italia.
Kemudian, berdasarkan data impor Uni Eropa, terdapat bantuan pasokan jangka pendek dari Rusia, yang telah mengirimkan lebih dari 100.000 ton ke Uni Eropa sejak bulan Juli 2023.
Namun, analis Strategie Grains, Severine Omnes-Maisons, mengatakan bahwa tidak akan ada cukup durum untuk memasok seluruh dunia pada tingkat permintaan normal.
Presiden bagian durum dari asosiasi pabrik penggilingan Italia Italmopa, Vincenzo Martinelli, juga gugup menunggu hasil panen di Kanada.
“Tanpa Kanada, harga hanya akan naik,” ungkapnya.