Bisnis.com, JAKARTA - Rusia kini sedang mempertimbangkan untuk mendirikan perusahaan perdagangan terpadu untuk mengekspor pupuk, dalam upaya meningkatkan pengaruh harga di pasar global.
Menurut laporan Bloomberg, Senin (25/8/2023) ide ini telah diusulkan oleh pendiri UralChem PJSC Dmitry Mazepin dan telah dibahas oleh Menteri Perindustrian Denis Manturov dan Perdana Menteri Mikhail Mishustin.
Menurut pada sumber, belum ada keputusan yang diambil dan belum jelas kapan usulan tersebut akan dibahas kembali.
Juru bicara pemerintah tidak menanggapi permintaan komentar. Layanan media Uralchem juga mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui proposal tersebut.
Baca Juga : Total Kerugian Rusia di Medan Perang Terbaru: 4.400 Tank, 18 Kapal Perang, dan 1.415 Rudal Hancur! |
---|
Rusia adalah produsen pupuk terbesar di dunia dengan produksi yang menyumbang sekitar 15 persen dari konsumsi tahunan global.
Meskipun perusahaan-perusahaan pupuk tidak terkena sanksi internasional atas perang Rusia di Ukraina karena pentingnya mereka bagi ketahanan pangan global, pelabuhan-pelabuhan Baltik telah berhenti menangani sebagian besar produk. Hal ini berdampak pada menurunnya pengiriman.
Eksodus perusahaan pelayaran global, beberapa bank dan perusahaan asuransi internasional dari Rusia juga telah mempersulit pengiriman barang ke luar negeri.
Beberapa produsen pupuk besar tidak mendukung ide ini karena khawatir akan merugikan bisnis. Ekspor sebagian besar jenis pupuk telah pulih ke tingkat sebelum perang, sehingga para produsen tidak melihat bagaimana proposal tersebut akan menguntungkan mereka
Sebuah perusahaan perdagangan terpadu dapat memberikan kontrol bagi pemerintah yang lebih besar terhadap pendapatan ekspor. Hal ini juga memungkinakn pemerintah terhadap pengaruh yang lebih besar terhadap harga global.
Rusia juga telah menuntut kondisi ekspor yang lebih lancar bagi para produsen pupuknya dalam pembicaraan untuk memulihkan kesepakatan ekspor biji-bijian, yang memungkinkan Ukraina mengirim lewat Laut Hitam (Black Sea Grain Initiative) dan ditinggalkan oleh Rusia.
Saat ini, perusahaan-perusahaan diketahui memperdagangkan barang-barang mereka lewat Swiss dan negara-negara ketiga lainnya.