Bisnis.com, JAKARTA — Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) menilai peluang negara-negara kawasan Asia Tenggara atau Asean untuk menjadi pusat rantai pasok bahan baku kendaraan listrik terbilang besar.
Ketua Perhapi Rizal Kasli mengatakan, Asean memiliki potensi cadangan mineral kritis bahan baku kendaraan listrik yang masif. Selain itu, Rizal menambahkan, iklim investasi di Asean belakangan makin menarik bagi investor global.
“Iklim investasi di negara-negara Asean sangat mendukung untuk investasi, sekarang banyak pabrik kendaraan bermotor pindah ke negara di Asean, seperti Thailand, Vietnam, Malaysia dan Indonesia,” kata Rizal saat dihubungi, Senin (28/8/2023).
Di sisi lain, Rizal mengatakan, kompetisi antarnegara kawasan Asean bakal makin ketat untuk memperebutkan investasi baru pada penghiliran mineral logam kendaraan listrik tersebut mendatang.
“Negara yang menawarkan efisiensi, kepastian hukum, jaminan berusaha, keamanan investasi serta adanya penerapan standar internasional seperti penerapan prinsip ESG tentu akan menjadi daya tarik investor,” kata dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, Koordinator Khusus Kemitraan untuk Infrastruktur dan Investasi Global (PGI) Amerika Serikat Helaina Matza mengatakan bahwa Indonesia memiliki peluang besar terutama untuk menjadi pemain besar di industri baterai kendaraan listrik atau EV (electric vehicle) skala global.
Baca Juga
Menurut Matza, ambisi tersebut dapat terwujud jika Indonesia tidak hanya mengandalkan produksi nikel saja, namun juga melihat dari aspek lainnya.
"[Menjadi pemain baterai global] Bukan hanya karena kemampuan produksi bijih nikel, tetapi juga karena investasi yang mereka lakukan dalam pemrosesan dan hubungan yang mereka jalin dengan perusahaan otomotif dan pembuat baterai," ungkap Matza kepada Bisnis di Mandarin Oriental Jakarta, Jumat (25/8/2023).
Menurutnya, hal yang dapat menjadi tantangan bagi Indonesia maupun bagi setiap negara adalah mengelola strategi seputar peran Indonesia atau negara dalam rantai pasokan tersebut.
Dalam kesempatan terpisah, PT Mineral Industri Indonesia (Persero) atau MIND ID memandang bahwa saat ini semakin banyak negara yang menaruh perhatian besar untuk mengamankan pasokan mineral kritis yang memadai dan berkelanjutan guna memenuhi kebutuhan transaksi energi.
Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso mengatakan, negara-negara maju telah menerbitkan undang-undang yang mengatur terkait pengamanan pasokan mineral kritis. Menurutnya, Indonesia juga akan segera memiliki regulasi yang mengatur tata kelola mineral strategis di dalam negeri.
"Seperti Amerika dengan Undang-Undang Pengurangan Inflasi [IRA], Uni Eropa dengan Undang-Undang Mineral Mentah Kritis [CRM], Kanada dan Australia dengan Strategi Mineral Kritis, Indonesia juga akan segera memperkenalkan kerangka peraturan terkait strategi mineral penting," ujar Hendi dalam acara Asean Energy Bussines Forum di Nusa Dua, Bali, Jumat (25/8/2023).
Hendi menuturkan, gerakan global ini memiliki tujuan yang sama. Negara-negara yang memiliki sumber daya mineral kritis yang belum tereksploitasi, termasuk Indonesia, kini berfokus pada pengembangan produksi dalam negeri.
“Selain itu memperluas rantai nilai dalam negeri untuk mendapatkan lebih banyak nilai dari ekstraksi sumber daya alam dan mengamankan pasokan yang diperlukan untuk transisi energi yang berketahanan,” ucapnya.