Bisnis.com, JAKARTA – Sektor industri China mencatatkan penurunan laba atau pendapatan sebesar 6,7 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Juli 2023. Capaian kinerja tersebut melanjutkan tren penurunan selama tujuh bulan berturut-turut.
Melansir dari Reuters, Minggu (27/8/2023), hal tersebut akibat pemulihan pasca pandemi Covid-19 yang tersendat dan lemahnya permintaan yang menekan perusahaan industri.
Data Biro Statistik Nasional China menunjukkan adanya penyusutan pendapatan hingga 15,5 persen (yoy) untuk tujuh bulan pertama, menyusul penurunan 16,8 persen pada paruh pertama tahun ini. Sementara pada Juni 2023, pendapatan turun 8,3 persen.
Bukan hanya pendapatan, Ahli Statistik NBS Sun Xiao menyatakan bahwa unit cost pada Juli 2023 juga ikut mengalami penurunan sejak awal 2023.
"Harga-harga komoditas semakin rendah, tekanan pada biaya bahan baku di industri tengah dan hilir telah berkurang. Biaya unit perusahaan industri telah membaik secara keseluruhan," katanya.
Perusahaan manufaktur besar di China membukukan kerugian pada semester pertama, salah satunya China Aluminium International yang rugi sebesar 830,6 juta yuan atau setara US$114,2 juta (US$1 = 7,29 yuan China), dibandingkan dengan laba bersih tahun sebelumnya sebesar 123,6 juta yuan.
Baca Juga
Dalam hal ini, kategori industri tersebut mencakup perusahaan-perusahaan dengan pendapatan tahunan setidaknya 20 juta yuan (US$2,77 juta) dari kegiatan utama mereka.
Bahkan, bank-bank besar China telah menurunkan perkiraan pertumbuhan mereka untuk tahun ini menjadi di bawah target pemerintah sekitar 5 persen.
Pasalnya, kemerosotan properti yang memburuk, lemahnya belanja konsumen dan pertumbuhan kredit yang jatuh, mendorong pihak berwenang untuk memangkas suku bunga dan menjanjikan dukungan lebih lanjut.
Perusahaan-perusahaan milik negara mengalami penurunan pendapatan sebesar 20,3 persen sepanjang Januari-Juli 2023. Sementara perusahaan asing membukukan penurunan sebesar 12,4 persen dan sektor swasta mencatat penurunan sebesar 10,7 persen.
Data statistik tersebut juga mencatat laba merosot untuk 28 dari 41 sektor industri utama selama periode tersebut, dengan industri peleburan logam besi dan industri pengolahan rolling melaporkan kemerosotan terdalam sebesar 90,5 persen.
Bank sentral mengatakan bulan ini akan mempertahankan kebijakannya "tepat dan kuat" untuk mendukung pemulihan. Saat ini, pemerintah China masih harus dilihat apakah langkah-langkah yang lebih signifikan akan dilakukan untuk menopang pertumbuhan.
Presiden Xi Jinping pada Selasa (22/8/2023), mengatakan pada sebuah forum di Afrika Selatan bahwa ekonomi tangguh dan fundamental untuk pertumbuhan jangka panjang tetap tidak berubah.
Berdasarkan Survei Caixin, aktivitas manufaktur China kembali ke zona kontraksi pada Juli 2023. Hal ini tercermin dari indeks manajer pembelian (purchasing managers index/PMI) manufaktur negara itu yang turun ke 49,2, dari 50,5 pada bulan sebelumnya.
Sementara di dalam negeri, kinerja China yang merosot tersebut berdampak pada kegiatan ekspor impor yang menurun dan membuat surplus negara perdagangan menyempit.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), perdagangan nonmigas ke China mengalami kontraksi 1,97 persen secara tahunan (yoy).