Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 News Bisnisindonesia.id: Benang Kusut Harga Gas, Bakar Duit BUKA-Gandum Rusia

Ulasan tentang polemik kebijakan HGBT yang masih terus berlanjut menjadi salah satu pilihan Bisnisindonesia.id, Rabu (23/8/2023).
Ilustrasi-Canva
Ilustrasi-Canva

Bisnis.com, JAKARTA — Polemik penetapan harga gas bumi tertentu (HGBT) yang sejatinya menjadi tenaga ekstra bagi sektor manufaktur nasional untuk meningkatkan utilitas produksi industri penerima manfaat kebijakan tersebut tak kunjung mencapai titik temu.

Rendahnya realisasi serapan gas harga khusus yang dipatok US$6 per million British thermal units (MMBtu) bagi sebagian sektor industri masih menjadi persoalan yang belum jua terpecahkan.

Di satu sisi, alokasi gas harga khusus yang tidak terserap itu disebut-sebut karena belum optimalnya serapan dari industri penerima manfaat kebijakan tersebut, tetapi di sisi lain suplai dari PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) atau PGN juga dinilai masih belum merata. 

Ulasan tentang polemik kebijakan HGBT yang masih terus berlanjut menjadi salah satu pilihan Bisnisindonesia.id, selain beragam kabar ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik tersaji dari meja redaksi Bisnisindonesia.id.

Berikut intisari dari top 5 News Bisnisindonesia.id yang menjadi pilihan editor, Rabu (23/8/2023):

 

Neraca Pembayaran Indonesia Dihantui Ekonomi Global

Meluasnya dampak pelemahan ekonomi global benar adanya setelah neraca pembayaran Indonesia (NPI) berbalik defisit sebesar US$7,4 miliar, seiring dengan kinerja ekspor yang melempem.

Kondisi ekonomi global yang masih serba tak pasti telah meningkatkan kewaspadaan Indonesia terhadap transaksi luar negerinya. China, mitra dagang terbesar Indonesia, tengah dilanda berbagai permasalahan ekonomi. 

Permintaan yang lemah ditandai dengan pendapatan fiskal China sepanjang Januari—Juli 2023 sebesar 11,5 persen lebih lambat dari kenaikan yang dibukukan dalam enam bulan pertama sebesar 13,3 persen.

Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono mencermati adanya kondisi penurunan harga komoditas, perlambatan ekonomi global, dan kenaikan permintaan domestik. BI masih optimistis kinerja NPI kuartal II/2023 yang terjaga akan mampu terus menopang ketahanan eksternal Indonesia.

Sebagai komponen penting dalam neraca pembayaran, indikator transaksi berjalan juga menunjukkan pelemahan hingga defisit sebesar US$1,9 miliar atau 0,5 persen dari PDB. Pelemahan terjadi setelah membukukan surplus US$3 miliar pada kuartal sebelumnya.

 

Benang Kusut Harga Gas Murah Industri Kian Sulit Terurai

Dalam 2 tahun terakhir, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) setidaknya mencatat bahwa realisasi penyaluran gas HGBT harian tidak pernah mencapai target. Hingga akhir 2022, realisasi penyaluran gas HGBT harian hanya mencapai 1.019,92 billion british thermal unit per day (BBtud) atau 81,38 persen dari alokasi yang ditetapkan 1.253,81 BBtud.

Realisasi penyaluran gas HGBT tersebut sepanjang 2022 mengalami penurunan dibandingkan dengan 2021 dengan torehan penyaluran harian sempat mencapai 1.080,38 BBtud atau 87,06 persen dari alokasi yang ditetapkan sebesar 1.241,01 BBtud saat itu. Di sisi lain, capaian salur harian gas HGBT pada 2020 mencapai 928,17 BBtud.

Sementara itu, penerimaan negara yang hilang dari kebijakan HGBT selama 2 tahun terakhir mencapai Rp29,39 triliun. Penurunan penerimaan negara itu rata-rata sebesar 46,81 persen pada periode 2022 dan 2021 lalu.

Deputi Keuangan dan Komersialisasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Kurnia Chairi menyebut bahwa alokasi gas harga khusus yang tidak terserap itu disebabkan karena belum optimalnya serapan dari industri dan beberapa faktor lainnya seperti perawatan atau turnaround lapangan gas.

 

Cengkeraman Baru Rusia di Industri Biji-Bijian

Kebutuhan dunia pada gandum Rusia memang sulit dielak. Negara penghasil biji-bijian terbesar dunia itu sampai dibahas oleh para menteri ekonomi Asean. Para anggota mulai mempertimbangkan impor gandum dari negara itu melalui India dan China. 

Dua hari sebelum berakhirnya Asean Economic Ministers (AEM) di Semarang, Jawa Tengah, negara anggota mulai berfikir mendapat pasokan gandum dari Rusia. Kebutuhan ini muncul dalam 12th AEM-Russia Consultation di Semarang, Jawa Tengah, Senin (21/8/2023). 

Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan selaku Ketua AEM ke-55 menyampaikan, cara tersebut dinilai lebih mudah untuk memenuhi pasokan gandum dari Rusia ke negara kawasan.   

Asean memilih India dan China sebagai ‘negara transit’ gandum Rusia. Sebab, kedua negara memiliki hubungan yang cukup baik dengan Negeri Beruang Merah pimpinan Vladimir Putin. Langkah ini diambil di saat keluarnya negara itu dari kesepakatan ekspor biji-bijian di Laut Hitam. 

Rusia memutuskan keluar dari perjanjian ekspor biji-bijian Ukraina dari pelabuhan Laut Hitam pada Juli 2023. Hengkangnya Rusia dari kesepakatan ini memicu kekhawatiran bahwa tekanan harga pangan global akan meningkat.

 

Kurangi Bakar Duit & Kekuatan Tambahan Saham Bukalapak (BUKA)

Saham emiten teknologi, PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) memiliki prospek positif seiring dengan catatan kinerja yang melonjak hingga dua digit pada paruh pertama 2023. Belum lagi, inisiatif BUKA untuk mengurangi ‘bakar duit’ hingga pengembangan perusahaan dan entitas anak usaha.

Marketplace dengan kode ticker BUKA itu mencatatkan pertumbuhan kinerja hingga 75,47 persen hingga semester I/2023 menjadi Rp1,13 triliun. BUKA membidik berkelanjutan hingga sisa 2023, dengan terus mengefektifkan proses bisnis hingga mengurangi bakar uang.

Kendati hingga akhir perdagangan Selasa (22/8/2023), saham BUKA parkir di zona merah,  dengan kontraksi saham hingga 3,33 persen di level harga Rp232. Sementara sepanjang satu tahun berjalan atau year-to-date (ytd) telah turun sebesar 11,45 persen.

AVP Media dan Komunikasi Bukalapak Fairuza Ahmad Iqbal mengatakan setiap inisiatif dan langkah yang dilakukan oleh Bukalapak akan mempertimbangkan hal-hal berkaitan dengan jalannya bisnis yang lebih efektif untuk mengejar pertumbuhan.  

 

Adu Kuat Bank Digital Milik Bank Jumbo VS Perusahaan Teknologi

Peta persaingan bank digital di Tanah Air saat ini dapat dikelompokkan menjadi persaingan antara bank-bank digital yang dikendalikan oleh bank-bank jumbo melawan bank-bank digital milik perusahaan teknologi. Kelompok mana yang akan lebih kuat?

Sejak booming bank digital kala pandemi Covid-19, sejumlah bank jumbo seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), hingga PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) kompak membesut bank digital baru.

BRI misalnya menjadikan anak usahanya PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. sebagai bank digital bernama PT Bank Raya Indonesia Tbk. (AGRO) atau Bank Raya pada 2021. BNI pun telah mengakuisisi PT Bank Mayora pada 2021 dan mengubahnya menjadi bank digital baru bernama Hibank tahun ini.

Kemudian BCA membesut bank digital bernama PT Bank Digital BCA (Blu). Bank ini merupakan transformasi dari PT Bank Royal Indonesia yang pada 2019 diakuisisi oleh BCA dari PT Royalindo Investa Wijaya milik keluarga Soemedi.

Tak mau kalah dari bank-bank jumbo, kala booming bank digital sejumlah perusahaan teknologi pun melahirkan bank-bank digital.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nurbaiti
Editor : Nurbaiti
Sumber : Bisnisindonesia.id
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper