Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lembaga Keuangan Nonbank Korea Hadapi Risiko dari Pasar Real Estat

Pejabat IMF mengatakan bahwa lembaga keuangan non-bank yang terpapar pasar real estat di Korea Selatan menghadapi risiko signifikan karena naiknya suku bunga.
Sungai Cheonggyecheon di Kota Seoul Korea Selatan./Istimewa
Sungai Cheonggyecheon di Kota Seoul Korea Selatan./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Pejabat Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan bahwa lembaga keuangan non-bank yang terpapar pasar real estat di Korea Selatan menghadapi risiko signifikan karena kenaikan suku bunga. 

Kepala Misi IMF untuk Korea Harald Finger dalam menjawab pertanyaan Bloomberg mengatakan bahwa risiko stabilitas telah meningkat. 

“Risiko stabilitas keuangan telah meningkat di tengah suku bunga yang lebih tinggi di Korea dan banyak negara lain,” jelas Finger, mengutip pemberitaan Bloomberg, Senin (21/8/2023). 

Namun, Finger juga mengatakan ada ruang bagi bank-bank Korea untuk memperkuat ketahanan mereka terhadap tekanan keuangan dengan meningkatkan penyangga likuiditas dan kapasitas penyerapan kerugian, sesuai dengan tren yang terjadi di beberapa rekan ekonomi maju.

Kemudian, dia juga mengatakan bahwa kerentanan muncul di beberapa bagian sistem keuangan, terutama pada pemberi pinjaman non-bank yang sangat terpapar pada pembiayaan terkait real estat. 

Dapat diketahui bahwa kekhawatiran mulai muncul di Korea Selatan bahwa kredit macet di koperasi kredit, berisiko membawa kesulitan di pasar utang.  

Contohnya, salah satu perusahaan yakni MG Community Credit Cooperatives memiliki cabang yang ditutup bulan lalu, setelah melaporkan kerugian sebesar 60 miliar won atau sekitar Rp684 miliar atas pinjaman yang berhubungan dengan real estat. 

Regulator keuangan dan Bank of Korea telah meningkatkan upaya untuk mendukung para pemberi pinjaman yang bermasalah. Namun, pergerakan pasar yang meliputi meningkatnya imbal hasil yang stabil untuk beberapa perusahaan keuangan, menunjukan kekhawatiran atas prospek sektor ini masih ada.

Finger dalam catatannya juga mengatakan bahwa respons kebijakan yang cepat telah membuat pasar keuangan menjadi stabil dan meredakan arus keluar deposito dari koperasi masyarakat yang bermasalah.

Namun, menurutnya risiko kredit tetap tinggi untuk sekuritas yang berkualitas lebih rendah dan beberapa lembaga keuangan non-bank yang terekspos pada real estat.

Kemudian, dia juga menuliskan bahwa sektor properti secara sistemik penting di Korea. Total pembiayaan terkait real estat dilaporkan setara dengan sekitar 125 persen dari produk domestik bruto (PDB), per September 2022. 

Dengan leverage yang tinggi dan pangsa utang dengan suku bunga ‘mengambang’ signifikan, membuat sektor ini menjadi rentan terhadap kenaikan suku bunga. 

Kemudian, pelemahan yang moderat dan progresif juga disambut baik. Namun, penurunan harga yang berlebihan dapat meningkatkan kekhawatiran stabilitas keuangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper