Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini 5 Poin Penting yang Bakal Dibahas di KTT BRICS 22-24 Agustus

KTT BRICS akan diadakan pada 22-24 Agustus 2023 di Johannesburg, Afrika Selatan, dan akan membahas berbagai isu penting.
lebih dari 40 negara menunjukkan minatg untuk menjadi anggota blok ekonomi BRICS./Bloomberg/AFP/Getty Images
lebih dari 40 negara menunjukkan minatg untuk menjadi anggota blok ekonomi BRICS./Bloomberg/AFP/Getty Images

Bisnis.com, JAKARTA - Negara-negara BRICS yang terdiri dari negara berkembang seperti Brasil, Rusia, India China dan Afrika Selatan akan mengadakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-15 di Johannesburg pekan depan.

Mengutip pemberitaan Bloomberg, Jumat (18/8/2023) para pemimpin negara yang akan hadir dalam KTT tersebut meliputi meliputi Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, Presiden Xi Jinping dari China, Presiden Brasil Luiz Lula da Silva dan Perdana Menteri India Narendra Modi.

Presiden Rusia Vladimir Putin, yang menghadapi surat perintah penangkapan internasional atas dugaan kejahatan perang di Ukraina, akan hadir secara virtual dan tidak hadir secara langsung.

Sedikitnya 40 kepala negara dan pemerintahan menghadiri KTT BRICS. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov juga akan hadir mewakili Vladimir Putin.

Duta Besar Afrika Selatan untuk BRICS Anil Sooklal mengatakan KTT ini menjadi momentum para negara anggota dalam kekuatan global, karena saat ini Afrika Selatan dan negara-negara Global South masih tidak diperhitungkan.

"Tatanan liberal barat yang diciptakan setelah Perang Dunia Kedua tidak ingin memberi ruang bagi pemain baru,” ungkap Sooklal seperti dilansir Bloomberg, Jumat (18/8/2023).

KTT BRICS diperkirakan akan membahas lima isu utama, salah satunya mengenai ekspansi anggota. Ekspansi dari BRICS kini menjadi agenda utama dan diketahui kini terdapat 23 negara berpotensi bergabung, termasuk Arab Saudi, Mesir dan Indonesia. 

Agenda ini diperkirakan akan menjadi agenda utama karena sekitar 40 negara telah menunjukkan ketertarikan untuk bergabung, baik secara formal maupun informal, termasuk Arab Saudi, Argentina dan Mesir.

China, yang berusaha memperluas pengaruh geopolitiknya saat berseteru dengan Amerika Serikat, mengatakan bahwa mereka menyambut lebih banyak mitra yang berpikiran sama untuk bergabung BRICS sejak dini. Rusia juga mendukung perluasan anggota ini.

Di sisi lain, sementara Brasil menentang rencana ekspansi tersebut, karena khawatir BRICS yang sudah kuat ini akan kehilangan kekuatannya. Adapun India bersikap netral.

Kedua, mata uang umum. BRICS akan berupaya untuk mengurangi dominasi dolar dalam pembayaran dalam penggunaan mata uang lokal dalam perdagangan antara negara-negara anggota.

Duta Besar Afrika Selatan untuk BRICS Anil Sooklal mengatakan KTT tidak akan membahas rencana dedolarisasi atau mengganti dolar AS sebagai mata uang global.

“Tidak ada agenda dedolarisasi dalam agenda BRICS. BRICS tidak menyerukan dedolarisasi. Dolar akan terus menjadi mata uang global utama – itu adalah kenyataan,” jelas Sooklal.

Ketiga, New Development Bank (NDB). Bank tersebut yang menjadi saluran transaksi mata uang tersebut, memperkirakan bahwa setidaknya sepertiga dari pinjaman akan dalam mata uang lokal pada tahun 2026.

Presiden bank berbasis di Shanghai, Dilma Rousseff, akan memberikan pembaruan dalam pertemuan tersebut mengenai rencana untuk mendiversifikasi sumber pendanaannya.

Ada juga keinginan untuk memperluas keranjang pinjaman bank dan beberapa negara di Timur Tengah, dan di tempat lain di Asia tertarik untuk menyumbangkan modal ke NDB. 

Sooklal mengatakan bahwa sebanyak 12 negara sedang mempertimbangkan untuk menjadi anggota penuh.

Keempat, isu Ukraina. Sebagian besar negara anggota BRICS telah bersatu sejak perang. Hanya Brasil yang memilih mendukung resolusi PBB yang menyerukan diakhirinya konflik dan menuntut agar Rusia mundur. China, India dan Afrika Selatan abstain.

Kelima, adalah keamanan pangan. Melonjaknya harga pangan dapat merugikan miliaran orang termiskin di dunia, dan ketahanan pangan menjadi agenda, dengan tindakan India dan Rusia yang memperburuk situasi. 

Seperti diketahui, India menyumbang 40 persen dari perdagangan beras dunia dan melakukan pembatasan ekspor. Rusia juga keluar dari kesepakatan Black Sea Grain Initiative, untuk memastikan perjalanan yang aman dari ekspor biji-bijian Ukraina.

Sedangkan, beras penting bagi Asia dan Afrika, yang berkontribusi 60 persen dari total asupan kalori bagi kedua wilayah tersebut. 

"Saya percaya mereka berdua akan membuat pengumuman termasuk seputar pertanian," jelas Sooklal dan dirinya yakin bahwa beberapa masalah tersebut dapat ditangani secara positif. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper