Bisnis.com, JAKARTA - BRICS tidak akan membahas rencana dedolarisasi atau mengganti dolar AS sebagai mata uang global dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) di Afrika Selatan pekan depan.
Melansir Bloomberg, hal tersebut diutarakan oleh Duta Besar Afrika Selatan untuk BRICS Anil Sooklal di Johannesburg. Alih-alih, BRICS akan membahas pendalaman penggunaan mata uang lokal dalam perdagangan antara negara-negara anggota.
“Tidak ada agenda dedolarisasi dalam agenda BRICS. BRICS tidak menyerukan dedolarisasi. Dolar akan terus menjadi mata uang global utama – itu adalah kenyataan,” ucap Sooklal, mengutip pemberitaan Bloomberg, Jumat (18/8/2023).
BRICS, yang meliputi Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan diketahui berupaya untuk meningkatkan perdagangan di antara negara anggota dalam mata uang mereka sendiri. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan lebih banyak pengaruh global dan mengimbangi dominasi dolar AS.
Sementara itu, CFO New Development Bank, Leslie Maasdorp, pada bulan lalu mengatakan bahwa BRICS mengembangkan mata uang bersama untuk menantang dolar adalah ambisi jangka menengah hingga jangka panjang.
New Development Bank, bank yang diinisiasi oleh BRICS sendiri telah menargetkan akan menyalurkan sepertiga dari total pinjamannya dalam mata uang domestik pada 2025.
Baca Juga
KTT para pemimpin BRICS sendiri dijadwalkan berlangsung dari 22-24 Agustus 2023 di Johannesburg. Akan ada pembahasan terkait apakah mereka akan menerima lebih banyak negara ke jajarannya.
Sooklal mengatakan bahwa 40 kepala negara dan pemerintahan telah memastikan kehadiran mereka. Jumlah tersebut bisa meningkat menjadi lebih sekitar 50.
“Saya pikir ada konsensus umum bahwa BRICS harus berkembang,” jelas Sooklal dan mengatakan bahwa mereka telah menyusun beberapa aturan prosedur dan kriteria.
Kelompok BRICS sendiri bertujuan untuk mempromosikan kepentingan negara berkembang dan tidak bersaing dengan blok lain mana pun. Sooklal mengatakan bahwa ada narasi bahwa BRICS anti-Barat dan BRICS dibentuk sebagai pesaing G7 atau Global Utara.
Ia mengatakan bahwa hal tersebut tidak benar dan BRICS berupaya untuk membangun agenda Global South dan membangun arsitektur global yang lebih inklusif, representatif dan adil.