Bisnis.com, JAKARTA - Afrika Selatan mengatakan bahwa BRICS bertujuan untuk mempromosikan kepentingan negara berkembang dan tidak bersaing dengan blok lain.
Hal tersebut diungkapkan oleh duta besar Afrika Selatan untuk BRICS Anil Sooklal dalam konferensi di kantor Bloomberg di Johannesburg pada Senin (14/8/2023).
“Ada narasi yang tidak menguntungkan yang dikembangkan bahwa BRICS anti-Barat, bahwa BRICS diciptakan sebagai kompetisi untuk G7 atau Global Utara [dan itu tidak benar],” ungkapnya, seperti dikutip Bloomberg, Senin (14/8).
Sooklal sendiri mengatakan bahwa apa yang BRICS upayakan adalah memajukan agenda Global South dan membangun arsitektur global yang lebih inklusif, representatif dan adil.
BRICS sendiri terdiri dari Brasil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan. BRICS akan melakukan KTT tahunannya pekan depan di Johannesburg.
Nantinya para pemimpin akan membahas apakah akan mengakui lebih banyak negara ke dalam kelompok ini
Baca Juga
Diketahui bahwa 40 kepala negara dan pemerintahan telah mengkonfirmasi kehadiran mereka, dan jumlah tersebut dapat meningkat menjadi sekitar 50.
Rumor Indonesia Masuk BRICS
Berdasarkan catatan Bisnis, diketahui bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak berbicara banyak ketika ditanyakan mengenai rumor Indonesia akan bergabung dalam aliansi dagang BRICS.
"Nanti diputuskan," katanya usai meresmikan Indonesia Arena, di kawasan Gelora Bung Karno (GBK), Senin (7/8/2023).
Siwage Dharma Negara, akademisi Indonesia dari ISEAS (Institut Yusof Ishak Singapura) mengatakan bahwa jika Indonesia bergabung BRICS, maka terdapat manfaat yang dapat diterima.
Singkatnya, pertama, manfaat tersebut dapat memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk memperdalam kerjasama ekonomi dengan anggota yang sudah ada. Kedua, anggota BRICS memiliki sumber daya investasi yang cukup besar.
Ketiga, BRICS dapat menjadi platform yang baik untuk terlibat dalam dialog dan koordinasi mengenai isu-isu global dan regional, dan keempat dapat memperluas jaringan diplomatik Indonesia dan memberikan peluang untuk keterlibatan yang lebih dalam dengan negara-negara anggota.
Tak hanya itu, menurutnya bergabung dengan BRICS juga akan menyeimbangkan keterlibatannya saat ini dengan inisiatif yang dipimpin AS.
Di lain sisi, Analis dari Center for Economic and Law Studies (CELIOS) Muhammad Zulfikar Rakhmat mengatakan bahwa Konteks berdirinya BRICS adalah untuk mengimbangi negara barat.
“Seandainya Indonesia bergabung ke BRICS, itu bisa menjadi pertanyaan terkait politik luar negeri kita, yang katanya bebas aktif,” ujarnya saat acara Diskusi Pakar Ekonomi Makro di redaksi Bisnis Indonesia, Rabu (26/7/2023).
Dia juga memaparkan bahwa banyak analis yang berpendapat bahwa BRICS nantinya akan ada dominasi dari negara-negara tertentu, walaupun aliansi tersebut mengatakan adanya kerja sama negara selatan-selatan atau South-South Cooperation
Menurutnya, BRICS juga sulit akan stabil karena didalamnya terdapat konflik tersendiri. Mengenai hal tersebut, dia mengungkapkan adanya pendapat bahwa keberlanjutan BRICS tergantung kepada hubungan bilateral masing-masing negara.
"Jadi menurut saya, tidak begitu perlu Indonesia bergabung ke BRICS. Itu dari kacamata saya," ungkapnya.