Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengusaha Prihatin, Ritel Modern Lesu Saat Ekonomi RI Membaik

Aprindo membeberkan kinerja ritel yang memprihatinkan karena lesu di tengah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang membaik.
Ilustrasi inflasi atau kenaikan harga bahan-bahan pokok. Pelanggan memilih barang kebutuhan di salah satu ritel modern di Depok, Jawa Barat, Minggu (30/7/2023). JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha
Ilustrasi inflasi atau kenaikan harga bahan-bahan pokok. Pelanggan memilih barang kebutuhan di salah satu ritel modern di Depok, Jawa Barat, Minggu (30/7/2023). JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) membeberkan kinerja ritel masih lesu di tengah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang membaik. Sebagaimana diketahui, Indonesia di kuartal II/2023 tumbuh 5,17 persen year on year (YoY).

Ketua Umum Aprindo Roy Nicholas Mandey menyebut pertumbuhan cenderung lebih baik pada ritel tradisional. Sebaliknya, pertumbuhan ritel modern justru lesu.

Roy mengatakan pada kuartal II/2023 ritel modern hanya tumbuh 1,2 persen (YoY). Padahal di kuartal I/2023 masih tumbuh 2,6 persen (YoY). Sedangkan ritel tradisional pada semester I/2023 tumbuh hingga 4,5 persen year to date (ytd).

"Pertumbuhan ekonomi meningkat tetapi di sektor ritel modern ini justru rendah. Nah ini yang jadi keprihatinan kami," kata Roy dalam konferensi pers Jumat (18/8/2023).

Secara kumulatif, Aprindo menyebut rata-rata pertumbuhan ritel secara nasional pada semester I/2023 sebesar 3,2 persen (ytd).

Menurutnya, ada beberapa daerah mengalami pertumbuhan ritel di atas rata-rata nasional. Di antaranya Jakarta 7,8 persen, Bali dan Nusa Tenggara 15 persen, Sulawesi 7,5 persen, dan Jawa Tengah 4,8 persen.

Sementara beberapa daerah pertumbuhan ritel masih di bawah rata-rata nasional, misalnya Kalimantan tumbuh 2,4 persen, Jawa Barat tumbuh 0,9 persen, Sumatera Utara dan Aceh 0,8 persen. Bahkan di Jawa Timur pertumbuhan ritel minus 3,9 persen.

Lebih lanjut, dia mengatakan inflasi bulanan juga dinilai cenderung membaik. Pada Juli 2023 tercatat sebesar 3,08 persen (YoY). Namun, inflasi yang membaik tersebut, kata Roy tidak diikuti oleh volume penjualan ritel modern meskipun dari sisi nilai penjualan cenderung meningkat.

Roy mengatakan saat ini masyarakat cenderung mensubstitusi pembelian produk mereka kepada barang yang lebih murah. Misalnya saja, Roy mencontohkan masyarakat lebih memilih produk Minyakita di ritel tradisional, alih-alih minyak goreng kemasan premium di ritel modern.

"Karena unit value (nilai) berkaitan dengan fluktuasi harga. Inflasi rendah seharusnya harga-harga semakin stabil," tutur Roy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Rachmawati
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper