Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah menganggarkan subsidi dan kompensasi energi sebesar Rp329,9 triliun pada Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2024.
Dari besaran tersebut, alokasi anggaran subsidi energi dipatok sebesar Rp185,87 triliun, yang terbagi untuk belanja subsidi jenis BBM tertentu dan LPG tabung 3 kilogram sebesar Rp110,04 triliun dan subsidi listrik sebesar Rp75,83 triliun.
“Untuk energi dalam hal ini LPG 3 kilogram, listrik dan BBM kita lihat konsumsinya meningkat cukup tajam,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers RAPBN dan Nota Keuangan 2024 di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak, Rabu (16/8/2023).
Sri menambahkan, naiknya nilai subsidi energi itu juga dipicu oleh asumsi nilai tukar rupiah yang dikerek ke level Rp15.000 per dolar AS dalam RAPBN tahun depan.
“Tadi kalau nilai tukarnya di Rp15.000 berarti juga akan meningkat jumlah subsidi energi kita,” kata dia.
Selama periode 2019–2023, perkembangan volume penyaluran BBM jenis solar cenderung mengalami kenaikan dari realisasi penyaluran sebanyak 16,2 juta kilo liter pada tahun 2019 menjadi 17,6 juta kilo liter pada tahun 2022.
Baca Juga
Kuota penyaluran BBM jenis solar pada kuota APBN tahun 2023 adalah sebanyak 17 juta kiloliter. Volume penyaluran BBM jenis minyak tanah relatif stabil mencapai 0,5 juta kiloliter per tahun.
Selanjutnya, volume penyaluran LPG tabung 3 kg mengalami tren peningkatan dari realisasi penyaluran sebanyak 6,8 juta metrik ton pada tahun 2019 menjadi 7,8 juta metrik ton pada tahun 2022. Kuota penyaluran LPG tabung 3 kg pada APBN tahun 2023 sebanyak 8,0 juta metrik ton.
Di sisi lain, realisasi subsidi listrik selama periode 2019–2022 mengalami peningkatan rata-rata sebesar 2,2 persen, dari semula Rp52,66 triliun pada tahun 2019 menjadi Rp56,24 triliun pada tahun 2022. Dalam outlook tahun 2023, subsidi listrik diperkirakan mencapai Rp70,88 triliun.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi mematok asumsi harga minyak mentah Indonesia atau Indonesian crude price (ICP) berada di angka US$80 per barel pada rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara (RAPBN) 2024. Asumsi ini lebih rendah dari APBN 2023 yang dipatok US$90 per barel.
“Harga minyak mentah Indonesia [ICP] diperkirakan akan berada pada US$80 per barel,” kata Jokowi saat menyampaikan Pidato Pengantar RAPBN 2024 dan Nota Keuangannya, Selasa (16/8/2023).
Di sisi lain, Jokowi menargetkan lifting minyak dan gas bumi berada di kisaran masing-masing 625.000 barel per hari (bopd) dan 1,03 juta barel setara minyak per hari (boepd).
“Lifting minyak dan gas bumi diperkirakan masing-masing mencapai 625.000 barel per hari dan 1,03 juta barel setara minyak per hari,” kata Jokowi.