Bisnis.com, JAKARTA – Realisasi penyaluran subsidi energi mulai dari Januari hingga Maret 2023 tercatat turun hingga 24,7 persen dari periode yang sama tahun lalu atau secara year-on-year (yoy).
Menteri Keuangn Sri Mulyani Indrawati melaporkan bahwa penurunan yang terjadi seiring dengan menurunnya harga minyak dunia, tidak seperti tahun lalu yang melonjak hingga US$120/MT.
“Sekarang sudah di level US$80-an/MT, makanya subsdi mengalami penurunan, memang harga minyak dunia dalam hal ini menglami penurunan,” ungkapnya dalam APBN Kita, Senin (17/4/2023).
Sementara dari sisi volume hingga Maret 2023, penyaluran subsidi untuk bahan bakar minyak (BBM) meningkat 0,1 persen dari 80.200 KL pada 2022 menjadi 80.300 KL dengan nilai Rp0,8 triliun.
Begitu pula dengan liquefied petroleum gas (LPG) ukuran 3 kilogram (Kg) yang konsumsinya meningkat 6,5 persen (yoy) dari 1,2 juta MT menjadi 1,3 juta MT.
“Subsisdi LPG ini memakan Rp13,7 triliun dalam 3 bulan saja, ini sangat tinggi dibandingkan dengan subsidi BBM dan listrik. Jadi memang masyarakat yang di dapurnya ada LPG 3 kg, artinya APBN hadir di dapur Anda,” lanjutnya.
Baca Juga
Adapun untuk konsumsi listrik meningkat 2,1 persen (yoy) menjadi 39,1 juta pelanggan dengan akumulasi dalam 3 bulan pertama pada 2023 senilai Rp10 triliun.
Secara umum, realisasi belanja nonK/L per Maret 2023 tercatat senilai Rp180,3 triliun dalam mendukung pemulihan ekonomi, antara lain didorong belannja manfaat pensiun dan subsidi.
Realisasi manfaat pensiun naik 5 persen (yoy), di mana terjadi peningkatan jumlah penerima pensiun terutama para pensiunan PNS daerah. Selain itu, subsidi nonenergi juga meningkat hingga 117,6 persen (yoy).