Bisnis.com, JAKARTA — Neraca perdagangan Indonesia diperkirakan kembali membukukan surplus pada Juli 2023, melanjutkan tren surplus yang telah berlangsung selama 38 bulan secara beruntun.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan neraca dagang pada Juli 2023 akan mengalami surplus sebesar US$2,66 miliar.
Surplus pada Juli 2023 tersebut diperkirakan menurun jika dibandingkan dengan capaian surplus pada bulan sebelumnya yang sebesar US$3,45 miliar, terutama disebabkan oleh penurunan kinerja ekspor.
Josua memperkirakan, kinerja ekspor Indonesia secara tahunan terkontraksi sebesar 20,49 persen (year-on-year/yoy) pada Juli 2023.
“Neraca dagang Juli diperkirakan surplus US$2,66 miliar dari bulan sebelumnya yang surplus US$3,45 miliar dengan laju ekspor diperkirakan berkisar -20,49 persen yoy,” katanya kepada Bisnis, Senin (14/8/2023).
Josua menjelaskan, kinerja ekspor Juli 2023 jka dibandingkan dengan periode bulan sebelumnya juga berpotensi mengalami penurunan atau kontraksi.
Baca Juga
Penurunan terutama terjadi pada volume ekspor, terindikasi dari penurunan kinerja aktivitas manufaktur dari mitra dagang utama Indonesia seperti Eropa, Chiina, dan India.
Namun demikian, penurunan tersebut juga cenderung terbatas karena terdorong dari sisi harga komoditas yang meningkat, terutama pada komoditas CPO dan batu bara.
“Harga dari komoditas ekspor Indonesia tercatat meningkat secara rata-rata dibandingkan bulan sebelumnya, seperti CPO yang meningkat 10,4 persen secara bulanan [month-to-month/mtm] dan batu bara 3,5 persen mtm,” jelasnya.
Di sisi lain, Josua memperkirakan impor Indonesia pada Juli 2023 terkontraksi sebesar 17,25 persen yoy. Sementara secara bulanan, impor diperkirakan meningkat, sejalan dengan PMI manufaktur di dalam negeri yang berlanjut ekspansif.
Selain itu, peningkatan impor kata Josua juga terindikasi dari data ekspor China ke Indonesia yang menunjukkan peningkatan pada Juli 2023.