Bisnis.com, JAKARTA - Proyek LRT Jabodebek dan Kereta Cepat Jakarta Bandung telah dipastikan gagal jadi kado HUT ke-78 RI usai mengalami sejumlah masalah.
Dua megaproyek transportasi massal ini sebelumnya ditarget meluncur pada 18 Agustus 2023, sehingga bisa menjadi kado HUT Kemerdekaan ke-78 RI.
Dalam perkembangan terakhir, masa uji coba operasi terbatas Kereta Cepat Jakarta Bandung dipastikan mundur hingga September 2023. Sementara itu, operasional LRT Jabodebek mundur hingga 30 Agustus 2023.
Keduanya menghadapi beragam masalah yang menimbulkan waktu operasionalnya harus mundur untuk memastikan aspek keamanan dan keselamatan tercapai.
10 Masalah LRT Jabodebek dan Kereta Cepat:
1. Target operasional LRT terus mundur
Target operasional terus mundur Proyek LRT Jabodebek sudah mundur beberapa kali dari target commercial operation date atau COD.
Awalnya, proyek strategis nasional itu ditargetkan beroperasi pada Juli 2019 dan kemudian digeser ke Agustus 2022 karena kesulitan pembebasan lahan dan pandemi Covid-19. Namun, Kementerian Perhubungan menyebut bahwa LRT Jabodebek belum bisa siap pada Agustus 2022 untuk diuji coba atau soft launching.
Baca Juga
Jadwal terbaru operasional LRT Jabodebek ditarget pada 18 Agustus 2023, tetapi akhirnya bergeser lagi ke 30 Agustus 2023. Penundaan ini untuk mematangkan proses uji coba dan kelayakan sistem yang dilakukan secara detail oleh Siemens hingga 30 Agustus 2023.
2. Longspan LRT Salah Desain
Jembatan lengkung bentang panjang (longspan) LRT Jabodebek di kawasan Gatot Subroto-Kuningan disebut salah desain oleh Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo. Pembangunan longspan oleh PT Adhi Karya Tbk. (ADHI) disebut tanpa pengujian sudut kemiringan kereta.
Tiko menilai seharusnya longspan dibuat lebih lebar agar kereta bisa melaju dengan kecepatan optimal saat melintasi longspan.
3. Spesifikasi Kereta LRT Tak Seragam
Bukan hanya salah desain longspan, Tiko membeberkan bahwa spesifikasi 31 rangkaian LRT Jabodebek buatan Inka ternyata tidak sama satu dengan yang lainnya. Perbedaan spesifikasi terjadi dari aspek dimensi, berat, kecepatan hingga pengereman.
Ketidakseragaman itu, kata Tiko membuat Siemens sebagai penanggung jawab software proyek tersebut harus memperlebar toleransi sehingga biaya yang dibutuhkan lebih besar.
4. Biaya LRT Bengkak
Proyek LRT Jabodebek ternyata juga mengalami pembengkakan biaya (cost overrun). Awalnya biaya proyek tersebut hanya Rp29,9 triliun, tetapi membengkak hingga Rp32,5 triliun.
Cost overrun sebesar Rp2,6 triliun itu akhirnya ditutupi oleh penyertaan modal negara (PMN) menggunakan APBN 2021.
5. LRT Kecelakaan di Cibubur
Tabrakan rangkaian LRT Jabodebek pernah terjadi pada 25 Oktober 2021 pukul 12.30 WIB. Rangkaian TS29 menabrak ujung rangkaian TS20 di track 1 Stasiun Harjamukti. Kecelakaan tersebut terjadi saat kedua rangkaian LRT Jabodebek tengah melakukan proses langsir untuk mengosongkan jalur 2 untuk kepentingan pengujian sarana.
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menemukan fakta bahwa kecelakaan antar rangkaian LRT Jabodebek terjadi karena masinis atau teknisi tidak fokus saat menjalankan rangkaian karena tengah menggunakan handphone.
Dia mengatakan, pembangunan akses jalan di Stasiun Karawang dan Stasiun Padalarang akan rampung pada akhir tahun ini. Tiko bahkan menyebut, jika Stasiun Karawang dibuka untuk operasi saat ini, stasiun tersebut tidak akan memiliki jalan di depannya.