Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penjualan Alat Berat Konstruksi Turun, Tak Sejalan Proyek Infrastruktur yang Subur

Para pelaku usaha industri alat berat menyimpulkan permintaan alat berat konstruksi tertahan seiring memasuki tahun politik.
Pekerja dibantu alat berat menyelesaikan proyek pembangunan Jalan Tol Serpong-Cinere di kawasan Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Banten, Minggu (1/3/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Pekerja dibantu alat berat menyelesaikan proyek pembangunan Jalan Tol Serpong-Cinere di kawasan Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Banten, Minggu (1/3/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA- Penjualan alat berat konstruksi dan pertambangan disebut mengalami penurunan hingga 3 persen sepanjang paruh pertama 2023, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Adapun, hal ini disebabkan turunnya permintaan dari sektor konstruksi. 

Ketua Perhimpunan Agen Tunggal Alat Berat Indoensia (PAABI), Etot Listyono mengatakan penjualan alat berat untuk pekerjaan konstruksi dan industri tambang lebih fluktuatif ketimbang agroforestri yang tak mengalami pertumbuhan signifikan.

"Untuk alat berat itu sampai year-to-date [ytd] Juni itu ada penurunan kurang lebih 3 persen dibandingkan dengan tahun lalu, itu untuk semua sektor [konstruksi dan tambang]," kepada Bisnis, Kamis (10/8/20230). 

Dia menjelaskan, penurunan penjualan pada semester I/2023 tersebut masih diiringi permintaan positif yang tumbuh dari industri pertambangan. Permintaan dari pengusaha tambang masih terjaga. 

Hal ini didorong oleh tenggat waktu untuk pergantian alat maupun permintaan dari customer tahun lalu yang belum mendapatkan alokasi sebelumnya. Adapun, kontribusi tambang dalam menyerap unit alat berat mencapai 46 persen, atau naik 5 persen dari tahun 2022 lalu. 

"Kalau kontruksi sedikit menurun, karena memang lebih banyak ketergantungan terhadap budget infrastruktur yang biasanya satu semester ini masih belum keluar," ujarnya. 

Salah satu yang mendorong permintaan alat berat untuk konstruksi adalah 30 proyek strategis nasional (PSN). Namun, proyek tersebut juga sedikit tertahan karena dimulainya tahun politik. 

"Jadi untuk permintaan mining masih tumbuh, tetapi untuk kebutuhan di konstruksi lebih menurun. Antisipasi persiapan dilakukan melihat permintaan alat berat yang bergantung pada komoditas," terangnya. 

Dari sisi produksi, data Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi) mencatat produksi yang terkoreksi dari 4.042 unit semester I/2022 menjadi 4.014 unit pada semester pertama tahun ini. 

Adapun, produksi alat berat pada periode kali ini didominasi oleh Hydraulic Excavator sebanyak 3.372 unit, disusul Bulldozer 391 unit, Dump Truck 220 unit, dan Motor Grader 31 unit. 

Ketua Umum Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi) Jamaluddin mengatakan penurunan produksi alat berat konstruksi dan pertambangan saat ini disebabkan oleh permintaan yang menurun sepanjang paruh pertama 2023. 

"Demand masih cukup tinggi walaupun ada penurunan. [Produksi turun] karena permintaan distributor turun," kata Jamaluddin kepada Bisnis, dihubungi terpisah. 

Hinabi tetap menargetkan produksi alat berat dalam negeri akan seiring dengan kapasitas maksimal produksi oleh Hinabi yakni sebanyak 10.000 unit, dengan syarat tren sektor pertambangan terus melaju. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper