Bisnis.com, JAKARTA- Produksi alat berat konstruksi dan pertambangan sepanjang paruh pertama terkoreksi tipis yakni sebanyak 4.014 unit, turun dari 4.042 unit pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Berdasarkan data Hinabi Kuartal II/2023 menunjukkan produksi alat berat pada periode kali ini didominasi oleh produksi Hydraulic Excavator sebanyak 3.372 unit, disusul Bulldozer 391 unit, Dump Truck 220 unit, dan Motor Grader 31 unit.
Ketua Umum Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi) Jamaluddin mengatakan penurunan produksi alat berat konstruksi dan pertambangan saat ini disebabkan oleh permintaan yang menurun sepanjang paruh pertama 2023.
"Demand masih cukup tinggi walaupun ada penurunan. [Produksi turun] karena permintaan distributor turun," kata Jamaluddin kepada Bisnis, Selasa (8/8/2023).
Namun, pihaknya tetap menargetkan produksi alat berat dalam negeri akan seiring dengan kapasitas maksimal produksi oleh Hinabi yakni sebanyak 10.000 unit, dengan syarat tren sektor pertambangan terus melaju.
Sebelumnya, Hinabi memproyeksi kinerja industri alat berat di RI tahun ini akan terdongkrak sektor pertambangan. Sementara itu, market size alat berat di Tanah Air sebesar 18.000 unit per tahun.
Baca Juga
Menurut Jamaluddin, jika permintaan alat berat tembus di atas 10.000 unit, maka untuk memenuhi gap atau kekurangan pasokan unit maka perlu impor atau melakukan re-manufacturing.
"Remanufacturing, tetapi tidak banyak. Sudah dilakukan tetapi tidak banyak, less than 100 unit per tahun," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, produksi alat berat tahun 2022 lalu sebanyak 8.826 unit atau kurang dari maksimal kapasitas 10.000 unit. Tidak tercapainya produksi alat berat dipengaruhi oleh harga material yang melambung tinggi.
Lebih lanjut, jika target produksi tahun ini tercapai, maka torehan tersebut merupakan volume produksi tertinggi sepanjang sejarah. Sejauh ini, produksi alat berat tertinggi terjadi pada tahun 2022 lalu dengan produksi Hydraulic Excavator yang masih mendominasi sebanyak7.458 unit.