Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produsen Alat Berat Pede Target Produksi 8.000 Unit Tercapai pada 2024

Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi) optimistis target produksi alat berat konstruksi dan pertambangan sebanyak 8.000 unit tahun ini akan tercapai.
Alat berat Komatsu yang dipasarkan PT United Tractors Tbk. (UNTR) di area pertambangan./Bisnis
Alat berat Komatsu yang dipasarkan PT United Tractors Tbk. (UNTR) di area pertambangan./Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi) optimistis target produksi alat berat konstruksi dan pertambangan sebanyak 8.000 unit tahun ini akan tercapai. Meskipun, secara tahunan tren hingga kuartal ketiga masih menurun. 

Berdasarkan data Hinabi, produksi alat berat saat ini tercatat mencapai 5.138 unit pada Januari–September 2024. Angka produksi tersebut turun 17,77% dari periode yang sama tahun lalu yakni 6.248 unit. 

Ketua Umum Hinabi Giri Kus Anggoro mengatakan produksi secara kuartalan meningkat. Pada kuartal III/2024 tercatat produksi sebanyak 1.636 unit atau naik 6,37% dari kuartal sebelumnya 1.538 unit. 

"Melihat dari pencapaian produksi alat berat di kuartal III/2024, kami masih optimis target produksi alat berat sebanyak 8.000 unit hingga akhir tahun 2024," kata Giri kepada Bisnis, dikutip Minggu (17/11/2024). 

Kenaikan secara kuartalan juga didorong oleh komponen alat berat sehingga pencapaian pertumbuhan pada kuartal III/2024 naik kurang lebih sebesar 10% dibanding kuartal kedua tahun 2024.

Adapun, produksi alat berat dalam kurun waktu sembilan bulan ini masih didominasi oleh hydraulic excavator sebanyak 4.357 unit, disusul dump truck sebanyak 417 unit, bulldozer 349 unit, dan motor grader sebanyak 105 unit. 

"Secara historis, tren pasar alat berat di Indonesia adalah fluktuatif yang dipengaruhi oleh harga-harga komoditas dan pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur," tuturnya. 

Giri juga menerangkan bahwa pada tahun ini, pasar alat berat di Indonesia cenderung konservatif 'wait and see' dalam menyikapi kegiatan politik, terutama pada Pilpres 2024 dan kondisi ekonomi/geopolitik global yang belum membaik.

Kondisi ini juga disertai maraknya penggunaan alat berat impor terutama merek China yang membuat persaingan pasar alat berat di Indonesia kian ketat. Hal tersebut yang menjadi biang kerok pada penurunan produksi alat berat dalam negeri di kuartal pertama dan kedua tahun ini. 

Kendati demikian, pemulihan produksi pada kuartal ketiga ini dinilai menjadi tanda bahwa aktivitas produksi akan terus tumbuh mengingat kebutuhan alat berat masih cukup tinggi terutama di sektor tambang, agro, kehutanan maupun konstruksi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper