Bisnis.com, JAKARTA - Bank of America (BofA) dan JPMorgan memberikan pandangan positif terhadap proyeksi ekonomi Amerika Serikat (AS). Di sisi lain, Fitch Ratings mengatakan bahwa AS akan mengalami penurunan fiskal selama tiga tahun ke depan saat memangkas peringkat kredit Negeri Paman Sam ini.
CEO Bank of America Corp (BofA) Brian Moynihan dalam wawancaranya dengan Bloomberg Television, mengatakan bahwa perusahaan membalikkan prediksi resesi dalam beberapa bulan mendatang.
“Orang-orang dipekerjakan, mereka punya uang, mereka membelanjakan uang,” jelas Moynihan, mengatakan pasar pekerjaan dan belanja konsumen AS yang menguat, sesuai pemberitaan Bloomberg yang dikutip Senin (7/8/2023).
Ekonom BofA sendiri membatalkan perkiraan mereka terhadap resesi di AS. BofA menjadi bank Wall Street besar pertama yang secara resmi membalikkan keputusannya di tengah meningkatnya optimisme terhadap prospek ekonomi.
Perubahan ini juga terjadi setelah Gubernur Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell mengatakan bahwa the Fed tidak lagi memperkirakan resesi.
Tak hanya itu, Bank Investasi asal AS juga mengatakan bahwa AS tak akan masuk dalam resesi pada 2023, dengan menimbang pertumbuhan Negeri Paman Sam yang berkembang pada kecepatan yang sehat.
Baca Juga
Bahkan JPMorgan juga memperkirakan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahunan riil kuartal ini menyentuh 2,5 persen, naik sebesar 400 persen dari proyeksi sebelumnya sebesar 0,5 persen.
"Mengingat pertumbuhan ini, kami ragu ekonomi akan dengan cepat kehilangan momentum yang cukup untuk tergelincir ke dalam kontraksi ringan pada kuartal berikutnya, seperti yang telah kami proyeksikan sebelumnya," terang Kepala ekonom JPMorgan Michael Feroli, mengutip dari pemberitaan Reuters, Sabtu (5/8/2023).
Walaupun siklus pengetatan The Fed kini paling agresif dalam beberapa dekade, ketahanan ekonomi AS pada tahun ini memaksa banyak pihak di Wall Street berulang kali merevisi perkiraan mereka, yakni kapan negara tersebut jatuh ke dalam resesi.
Fitch Pangkas Rating
Fitch Ratings menurunkan peringkat utang jangka panjang Amerika Serikat (AS) dari ‘AAA’ menjadi ‘AA+’ dengan menggarisbawahi penurunan pada kebuntuan politik pagu utang yang berulang kali terjadi, dan meningkatnya defisit pemerintah secara umum.
Fitch juga memangkas peringat tersebut dengan perkiraan bahwa AS akan mengalami penurunan fiskal selama tiga tahun ke depan.
Kepala ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro, mengatakan bahwa dampak penurunan peringkat akan tercermin pada nilai tukar, pasar saham dan pasar obligasi AS, dan risiko kenaikan suku bunga di masa depan.
Mengutip Reuters, Kamis (3/8) investor dan analis juga berpendapat bahwa keputusan Fitch Ratings akan memperburuk kekhawatiran mengenai posisi surat utang negara, polarisasi politik, dan kedudukan global mata uang dolar AS.
Beberapa pelaku pasar kemudian juga mengatakan bahwa penurunan peringkat tersebut dapat menjadi pengingat gambaran fiskal negara yang semakin genting.
Tim analis Macquarie yang dipimpin Thierry Wizman, mengutip Bloomberg, Jumat (4/8) juga mengatakan bahwa penurunan peringkat Fitch berpotensi memberikan ‘amunisi’ kepada negara-negara yang menurutkan alternatif terhadap dominasi dolar AS.
Penurunan peringkat ini kemungkinan juga akan dibahas dalam KTT BRICS yang meliputi Brasil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan sebagai taktik untuk gerakan dedolarisasi dan membantu mempromosikan mata uang baru.
Data Inflasi AS dan Suku Bunga Mendatang
AS juga diketahui akan melaporkan data inflasi indeks harga konsumen (IHK) Juli 2023 pada 10 Agustus 2023 mendatang.
Moynihan mengatakan bahwa peluang inflasi AS meningkat kembali dinilai rendah, dan menambahkan bahwa masih ada daya tarik fiskal dari suku bunga yang lebih tinggi.
Presiden The Fed untuk Richmond Thomas Barkin juga mengatakan bahwa pelonggaran inflasi yang lebih besar dari perkiraan pada Juni 2023 menjadi indikasi ekonomi AS dapat mengalami soft landing.
“Angka inflasi bulan lalu adalah capaian yang bagus dan saya harap ini adalah sebuah pertanda. Yang pasti, tujuan the Fed bukanlah untuk menyebabkan resesi [dengan menaikkan bunga acuan dengan cepat]; tujuannya adalah untuk mengurangi inflasi, sejalan dengan mandat kami." ungkap Barkin, Kamis (3/8).
Sebagaimana diketahui, Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) akan melakukan pertemuan kembali pada September 2023.
Dalam pertemuan tersebut, para pembuat kebijakan akan mendapatkan informasi tambahan mengenai data inflasi dan ketenagakerjaan, sebelum mengambil keputusan.
Mengutip Reuters, Sabtu (5/8), Kepala ekonom JPMorgan Michael Feroli juga mengatakan bahwa resesi akan kembali menghampiri jika The Fed tidak menaikkan suku bunga dalam rapat FOMC mendatang.