Bisnis.com, JAKARTA -- Bank investasi asal Amerika Serikat (AS), JPMorgan memperkirakan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahunan riil kuartal ini menjadi 2,5 persen dari yang sebelumnya 0,5 persen atau naik 400 persen.
Ekonom JPMorgan mengatakan pihaknya tidak lagi memasukkan ekonomi AS akan mengalami resesi pada tahun ini. Menurutnya, pertumbuhan berkembang pada kecepatan yang sehat.
Kepala ekonom JPMorgan Michael Feroli meramal perkiraan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahunan riil kuartal saat ini menjadi 2,5 persen dari yang sebelumnya 0,5 persen.
"Mengingat pertumbuhan ini, kami ragu ekonomi akan dengan cepat kehilangan momentum yang cukup untuk tergelincir ke dalam kontraksi ringan pada kuartal berikutnya, seperti yang telah kami proyeksikan sebelumnya," terang ekonom tersebut, mengutip dari pemberitaan Reuters, Sabtu (5/8/2023).
Sementara risiko resesi masih dinilai tinggi pada 2024, Feroli memperkirakan pertumbuhan yang moderat dan di bawah standar. Perkiraan ini menunjuk pada beberapa hal, seperti resolusi plafon utang yang relatif cepat.
Ekonom tersebut juga mengutip peningkatan pasokan tenaga kerja dan peningkatan kinerja dari sisi penawaran dalam data produktivitas kuartal II/2023 sebagai sumber risiko. Lainnya, investor pasar saham sedang mencari keuntungan produktivitas lebih lanjut dengan mengandalkan kecerdasan buatan yang lebih besar.
Baca Juga
Feroli juga mengingatkan resesi dapat kembali menghampiri jika bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) tidak menaikkan suku bunga dalam rapat FOMC mendatang.
"Mungkin tidak dibutuhkan lonjakan inflasi lebih lanjut untuk FOMC mengambil kepurusan menaikan suku bunga tambahan yang telah disinyalkan pada bulan Juni, bahkan mungkin akan ada lebih banyak lagi [kenaikan suku bunga acuan] yang akan datang." ungkapnya.
Sebagai catatan, AS juga akan melaporkan inflasi data harga konsumen Juli 2023, pada 10 Agustus 2023 mendatang.