Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Vietnam Melesat, Indonesia Bisa Ajak Sinergi

Produk yang dapat dikembangkan oleh Vietnam dan Indonesia berupa besi, baja, nikel, serta timah.
Ilustrasi aktivitas manufaktur/.Bloomberg
Ilustrasi aktivitas manufaktur/.Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA- Indonesia dinilai berpotensi untuk melebarkan kemitraan jaringan manufaktur dengan Vietnam untuk mengembangkan produk industri masa depan seperti besi dan baja, nikel, dan timah. 

Tenaga Ahli Menteri Keuangan Bidang Industri dan Perdagangan Internasional, Kiki Verico mengatakan hal tersebut didasarkan pada The Economic Complexity Index (ECI), di mana Vietnam adalah negara dengan kenaikan tertinggi ECI yang berdaya saing global.

"Kita berpotensi kuat dalam bermitra dengan Vietnam. Produknya apa? Ada Iron & Steel, Nickel, dan Tin, ini adalah produk industri masa depan," kata Kiki dalam diskusi media bertajuk "Industrialisasi sebagai Penggerak Perekonomian Nasional", Senin (7/8/2023). 

Untuk diketahui, ECI diukur dari diversifikasi dan kompleksitas produk ekspor. Semakin tinggi rangking suatu negara dalam urutan ECI artinya semakin tinggi kualitas komoditas yang diproduksi. 

Dalam hal ini, Peneliti LPEM FEB UI itu menjelaskan, ranking Vietnam melonjak dari level 107 ke 52 saat pandemi. Ditambah, negara tersebut tetap mengalami pertumbuhan ekonomi yang kuat.

Kiki mengindentifikasi produk unggulan yang dapat dikembangkan oleh Vietnam dan Indonesia berupa besi dan baja, nikel, serta timah. Sama halnya dengan Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) maupun Indonesia-Korea CEPA. 

"Indonesia itu berpotensi bermitra kuat dengan Vietnam didukung oleh Korea Selatan dan kemudian ada Australia karena punya CEPA di sana kerja sama bilateral itu punya potensi untuk menggawangi industri masa depan yaitu elektrik, termasuk EV," jelasnya. 

Selain itu, dia pun mengidentifikasi potensi jasa manufaktur yang dapat dikembangkan oleh kedua belah pihak yakni repair and installation of machinery and equipment atau jasa perbaikan. 

Dalam hal ini, kerja sama tersebut tidak hanya dapat dilakukan lewat Foreign Direct Investment (FDA), melainkan karena hanya berorientasi pada perdagangan. Untuk itu, perlu ada ulur tangan pemerintah agar potensi kerja sama Indonesia-Vietnam dapat terjalin di luar hubungan bilateral dalam ASEAN. 

"Kalau lewat CEPA artinya ada production network yang menghubungkan antara invetsasi dengan ekspor, sehingga kerja sama itu harus meningkatkan investasi dan ekspor. Jadi menjadikan Indoensia sebagai basis produksi," terangnya.

Lebih lanjut, Kiki menilai hubungan Australia, Korea, Vietnam dan Indonesia tampak relevan untuk membentuk industri masa depan, khususnya baterai elektrik. 

"Bisa saja juga ke depan itu ada potensi produksi chip semikonduktor itu otaknya manufaktur, semua potensi itu ada dan ini harus dilakukan oleh pemerintah," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper