Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumkan realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk periode kuartal II/2023 pada Senin, (7/8/2023), pukul 11.00 WIB.
Sejumlah ekonom memproyeksikan kinerja pertumbuhan ekonomi RI tidak akan mencapai 5 persen, sementara dari sisi pemerintah masih optimistis target di atas 5 persen masih akan tercapai.
Direktur Center for Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira memproyeksikan pertumbuhan ekonomi akan lebih konservatif meskipun terdapat Hari Besar Keagamaan dan Nasional (HBKN) selama kuartal II/2023.
“Untuk kuartal II/2023 mungkin kita akan lebih konservatif meski ada Lebaran, tapi di kisaran 4,9-5,05 persen [year-on-year/yoy],” ujarnya, dikutip, Minggu (6/8/2023).
Menurutnya, hal tersebut karena low base effect dari 2022, di mana kinerja ekonomi pada tahun tersebut tidak sebesar 2021.
Hampir serupa, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economic (Core) Mohammad Faisal menyampaikan pada kuartal kedua tersebut pertumbuhan ekonomi akan berada di kisaran 4,7 persen–4,9 persen. Lebih rendah dari proyeksi Bhima.
Baca Juga
“Ini artinya lebih rendah dari kuartal I/2023 yang sampai 5 persen, dan kami prediksikan tren pelemahan masih akan terjadi pada kuartal-kuartal berikutnya,” ujarnya dalam MidYear Review 2023 secara virtual, Kamis (27/7/2023).
Untuk itu, Faisal pun mempersempit proyeksi tersebut dari proyeksi sebelumnya yang berada di rentang 4,6 persen – 4,95 persen.
Melihat kinerja perdagangan Indonesia, Faisal mengatakan kondisi neraca dagang terus menyempit akibat kinerja ekspor dan impor yang juga terus melemah bahkan kontraksi.
Surplus Neraca Perdagangan selama semester I/2023 tercatat sebesar US$19,93 miliar, turun US$5,06 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Meski surplus tercatat sudah 38 bulan berturut-turut, kondisi tersebut kurang sehat. Pasalnya, surplus bukan disebabkan oleh ekspor yang naik, justru impor yang semakin lesu dan menunjukkan lemahnya permintaan dalam negeri.
“Impor jatuh jadi tetap surplus. Nilai ekspor kembali turun menuju posisi awal 2021,” tambahnya.
Ramalan Pemerintah dan BI
Dari sisi pemerintah, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan pada kuartal II/2023, ekonomi Indonesia akan terjaga dan mampu tumbuh di level 5 persen.
Menurutnya, hal tersebut terdorong oleh permintaan domestik yang terus membaik, khususnya konsumsi rumah tangga yang tetap memiliki kepercayaan tinggi. Selain itu, PMI manufaktur Indonesia juga menunjukkan ekspansif di level 53,3 pada Juli 2023.
“Dengan perkembangan yang positif ini, pertumbuhan ekonomi 2023 baik kuartal II/2023 dan keseluruhan tahun diperkirakan masih terjaga di kisaran 5,0-5,3 persen,” ujarnya dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Selasa (1/8/2023).
Faktor penopang lainnya, yaitu mobilitas masyarakat terus membaik seiring dengan ekspektasi pendapatan positif dan inflasi yang terkendali. Pada Juli 2023, inflasi berhasil turun secara tahunan (yoy) menjadi 3,08 persen.
Melihat sisi lain, adanya faktor musiman seperti perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN), baik Idulfitri dan Iduladha, serta pemberian gaji ke-13 kepada Aparatur Sipil Negara (ASN) turut memberikan andil terhadap perbaikan ekonomi Indonesia.
Sementara itu, Bank Indonesia juga mellihat bahwa adanya HBKN menjadi penopang konsumsi domestik yang menguat. Meski kienrja ekspor agak loyo, sejalan dengan pelemahan ekonomi global, namun ekspor jasa tumbuh tinggi dipengaruhi oleh kenaikan kunjungan wisatawan mancanegara.
“Ekonomi pada kuartal II kita lihat pertumbuhannya lebih baik, karena tidak saja mobilisasi semakin bagus, tapi kemarin ada HBKN, jadi ada libur, masyarakat melakukan spending, kemudian ada gaji ke-13, jadi perkiraan kita dari sekitar 5 persen akan menuju 5,1 persen,” kata Deputi Gubernur Bank Indonesia Aida S. Budiman dalam konferensi pers.