Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah memproyeksikan target penarikan utang hingga akhir 2023 akan menurun sebesar 50 persen dari target sebesar Rp712,9 triliun, menjadi Rp362,9 triliun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan hal tersebut seiring dengan kinerja APBN yang membaik.
“Sehingga memang penerbitan SBN [surat berharga negara] akan menurun cukup tajam, outlook untuk akhir tahun nanti kita lihat. Ini kan berdasarkan outlook defisit yang kami sampaikan 2,28 persen dari PDB,” ungkapnya dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Selasa (1/8/2023).
Sri Mulyani pun menyampaikan hingga Juli 2023 bahwa realisasi APBN masih mencatatkan surplus dan dalam kondisi yang baik.
Meski belanja kementerian/lembaga akan sangat tinggi pada akhir tahun nanti, penerimaan juga akan lebih tinggi pada bulan-bulan terakhir 2023. Sehingga neraca akan mencapai keseimbangan.
Bendahara Negara tersebut masih optimistis melihat capaian pada pertengahan tahun ini, bahwa penarikan utang SBN akan turun hingga 50 persen.
Baca Juga
“Ini diharapkan, SBN kita kinerjanya jadi bagus, kita akan jaga SBN ini, yield jadi kompetitif untuk cost of fund lebih baik,” tuturnya.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut melaporkan penerbitan SBN sampai dengan 28 Juli 2023 mencapai Rp529,66 triliun ini 45,17 persen dari target penerbitan SBN tahun ini sebesar Rp1.172,53 triliun.
Untuk yield SBN 10 tahun pun mengalami penguatan 66 basis poin secara year-to-date (ytd) menuju level 6,28 persen per 28 Juli 2023. Penguatan tersebut didukung oleh laju inflasi Indonesia yang terkendali dan relatif rendah dibandingkan inflasi global.
Selain itu, juga kebijakan pengurangan target penerbitan SBN seiring kinerja APBN yang surplus.
Meskipun dampak kondisi global membuat aliran modal ke negara berkembang lebih selektif, termasuk ke Indonesia, nyatanya investor asing masih confidence untuk membeli surat berharga negara (SBN).
Tercatat sepanjang tahun berjalan (ytd) atau hingga akhir Juli 2023, mencapai Rp91,86 triliun.
“Ini terjadi di tengah volatilitas pasar keuangan global dan kenaikan suku bunga Fed Fund Rate [FFR] yang luar biasa tinggi, ini adalah suatu prestasi yang baik,” tutupnya.