Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong perusahaan dalam negeri untuk bermitra dengan perusahaan luar yang memiliki potensi cadangan litium guna mengamankan rantai pasok baterai listrik.
Indonesia diketahui sedang dalam jalur untuk menjadi produsen baterai litium pada 2025. Namun, cadangan litium di negeri masih belum dapat ditemukan.
Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pengembangan Industri Sektor ESDM Agus Tjahjana menilai Indonesia perlu mencari partner perusahaan luar yang memiliki litium.
“Iya kita harus mencari partner. Partnernya bisa dilakukan dengan pendekatan dua hal, tentu secara negara harus membantu perusahaan yang mencari partnernya litium,” kata Agus, dikutip Rabu (2/8/2023).
Agus menyebut, selain mencari partner, perusahaan dalam negeri juga harus ada yang berani melalukan investasi atau akuisisi perusahaan litium yang berada di luar negeri.
Akuisisi ini, kata Agus, bukan harus mencaplok saham mayoritas dari perusahaan tersebut. Namun, mengakuisisi sebagian kepemilikan agar Indonesia bisa mendapat pasokan litium.
Baca Juga
“Artinya akusisi bukan harus 100 persen, tapi kerja sama dalam rangka mengamankan pasokan di sini,” ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, Kementerian ESDM memproyeksikan kebutuhan baterai litium ion dalam negeri untuk kendaraan listrik mencapai 758.693 ton pada 2030.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan bahwa dalam Grand Strategi Energi Nasional (GSEN), pemerintah menargetkan mobil listrik di dalam negeri dapat mencapai 2 juta unit pada 2030 dan sepeda motor listrik sebanyak 13 juta unit pada 2030.
Untuk setiap mobil listrik diasumsikan kebutuhan kapasitas baterainya mencapai 40 kWh dan setiap sepeda motor listrik sebesar 2 kWh. Dengan target GSEN tersebut, maka kapasitas baterai yang diperlukan diperkirakan mencapai 113, 8 juta kilowatt hour (kWh).
"Jadi dibutuhkan 113 juta kWh kapasitas baterainya, kebutuhan baterai litium ion mencapai 758.693 ton," ujar Dadan dalam sebuah diskusi secara daring, Kamis (20/5/2021).
Selain kendaraan listrik, pemerintah juga tengah mendorong pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dalam mewujudkan transisi energi. Pemanfaatan PLTS, khususnya di daerah terpencil, juga membutuhkan baterai dalam pengoperasiannya.