Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Argentina telah mencapai kesepakatan pertukaran mata uang dengan bank sentral China (PBOC) US$1,7 miliar atau sekitar Rp25,7 triliun dalam bentuk yuan untuk pembayaran utang senilai US$2,7 miliar kepada Dana Moneter Internasional (IMF).
Jumlah kekurangan utang US$1 miliar yang tersisa akan diperoleh dari pinjaman Bank Pembangunan Amerika Latin atau CAF, yang berbasis di Caracas, Venezuela.
Dalam kesepakatan ini, Argentina telah menyetor peso ke PBOC, yang kemudian memberikan yuan sebagai gantinya. Dengan demikian, Argentina dapat melakukan pembayaran kepada IMF tanpa harus menggunakan cadangan dolar AS yang saat ini diperkirakan oleh Bank Sentral Argentina bernilai minus US$8 miliar dolar.
Menteri Ekonomi Argentina Sergio Massa berterima kasih pada PBOC dan pemerintah China atas keputusan untuk mengizinkan pencairan tersebut. Argentina juga akan memastikan dapat melanjutkan ekspornya sambil memenuhi kewajiban pembayarannya.
"Perjanjian tersebut akan memungkinkan Argentina untuk memenuhi kewajiban IMF tanpa menggunakan satu dolar pun dari cadangan kami," ungkap Massa seperti dilansir South China Morning Post, Selasa (1/8/2023).
Kesepakatan ini kemudian menjadi langkah lain dalam penggunaan mata China yang lebih luas oleh negara di Amerika Selatan, menyusul keputusan Argentina pada Juni 2023 untuk mengizinkan bank-bank komersial membuka rekening pelanggan dalam yuan.
Baca Juga
Kemudian di tahun ini, diketahui juga bahwa regulator sekuritas Argentina menyetujui penerbitan sekuritas berdenominasi yuan di pasar lokal.
Sumber pemerintah yang mengetahui masalah ini, mengatakan bahwa pertukaran mata uang ini diharapkan sebagai utang jangka pendek yang akan dilunasi dengan cadangan, sementara keterlibatan China mungkin berfungsi sebagai jembatan sementara sampai dana yang dijanjikan IMF tiba.
Dapat diketahui bahwa durasi pinjaman maupun tingkat bunga yang harus dibayar Argentina atas utang baru tidak diungkapkan oleh kementerian ekonomi. Argentina mengatakan ketentuan pertukaran dengan PBOC adalah bagian dari perjanjian rahasia dan tak dapat dipublikasikan.
Utang IMF yang dipermasalahkan tersebut berasal dari 2018. Presiden saat itu, Mauricio Macri, mendapatkan pinjaman US$44 miliar, terbesar dalam sejarah IMF pada saat itu.
Utang tersebut kemudian dinegosiasi ulang oleh pemerintah Alberto Fernández, pemimpin Argentina saat ini.