Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pangan Singapura (SFA) mengatakan bahwa negaranya berhubungan erat dengan otoritas India untuk mencari pengecualian dari larangan ekspor beras non-basmati.
Kementerian urusan konsumen dan pangan India mengatakan bahwa India akan melarang ekspor beras putih non-basmati, yang menyumbang sekitar seperempat dari total ekspornya. Langkah tersebut dilakukan agar ketersediaan beras negaranya memadai dan menghilangkan kenaikan harga di pasar domestik.
SFA sendiri mengatakan bahwa beras non-basmati dari India menyumbang sekitar 17 persen dari beras impor Singapura. Pada tahun 2022, India menyumbang sekitar 40 persen dari beras impor Singapura.
"SFA bekerja sama dengan importir untuk meningkatkan impor berbagai jenis beras dari berbagai sumber. Singapura juga berhubungan dekat dengan otoritas India untuk meminta pengecualian dari larangan tersebut," jelas pernyataan SFA, dikutip dari CNA pada Minggu (30/7/2023).
Sebagaimana diketahui, India menyumbang lebih dari 40 persen dari semua pengiriman beras global. Hal ini dapat berisiko memperburuk kerawanan pangan di negara-negara yang sangat bergantung pada impor beras.
Bagaimana dengan Indonesia?
Baca Juga
Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag Budi Santoso menyampaikan bahwa nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) antara India-Indonesia untuk pasokan beras tinggal menunggu tanda tangan dari kedua belah pihak.
Jika nantinya MoU tersebut ditandatangani, maka larangan India sendiri tidak berpengaruh pada Indonesia.
Budi juga mengatakan bahwa kedua negara bersepakat untuk melakukan trade balance karena ekspor minyak sawit (crude palm oil/CPO) Indonesia ke India cukup besar, dan India menjadi salah satu sumber impor beras terbesar di dunia.
Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan juga mengatakan bahwa Badan Pangan Nasional (Bapanas) dan Perum Bulog sedang menyusun strategi agar pasokan beras dalam negeri tercukupi.