Bisnis.com, JAKARTA — PT Pertamina Hulu Energi (PHE) makin agresif melakukan penjaringan potensi lapangan migas jumbo atau big fish di sejumlah open area kawasan Indonesia timur.
Selepas tuntas mengakuisisi 35 persen saham partisipasi Shell Upstream Overseas Services (I) Limited (SUOS), anak usaha Shell plc, di proyek LNG Abadi Blok Masela, PHE intensif melakukan joint-study Cekungan Seram bersama dengan raksasa migas Malaysia Petroliam Nasional Berhad atau Petronas.
Corporate Secretary Pertamina Hulu Energi Arya Dwi Paramita mengatakan, saat ini perseroannya telah menjajaki empat lapangan terbuka di Indonesia timur, seperti Lapangan Bali-Lombok, Manui, Seram, dan Buton.
“Tantangan eksplorasi saat ini adalah ekspansi di new frontier area, pencarian big fish sumber daya migas, serta mengakselerasi pengembangannya hingga dapat diproduksikan,” kata Arya saat dihubungi, Jumat (28/7/2023).
Arya mengatakan, PHE turut melakukan penjajakan mitra strategis untuk menjaga keekonomian dari upaya eksplorasi lapangan berisiko di wilayah timur tersebut.
Dia berharap hasil eksplorasi awal itu dapat menjaring beberapa lapangan prospektif untuk menjaga penurunan alamiah aset-aset lapangan yang terbilang tua saat ini di bagian barat.
Baca Juga
“PHE mencari potensi eksplorasi di wilayah kerja yang baru dengan mengungkap cadangan sumber daya yang signifikan untuk mendukung pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang,” kata dia.
Berdasarkan data yang dihimpun SKK Migas per 1 Januari 2022, terdapat puluhan cekungan dengan potensi sumber daya minyak mencapai 23,6 BBO dan gas mencapai 271,4 Tcf yang belum tereksplorasi. Di sisi lain, potensi kondensat diproyeksikan mencapai 955,17 MMSTB dan sumber daya yang terasosiasi dengan gas sebesar 53,12 Bscf.
Adapun, tiga potensi cekungan dengan kandungan minyak tinggi di antaranya terdapat di Sumatra Selatan (3,5 BBO), Sumatra Utara (2,7 BBO), dan Jawa Timur (2,7 BBO).
Sementara itu, terdapat tiga potensi cekungan dengan kandungan gas tinggi yang tersebar di Bintuni (72,7 Tcf), Sumatra Utara (51,3 Tcf) dan Aru-Tanimbar (23,7 Tcf).
Di sisi lain, SKK Migas medorong perbaikan syarat dan ketentuan terkait penawaran wilayah kerja baru dari open area menyusul potensi cekungan migas dalam negeri yang belum tergarap seluruhnya hingga tahun ini.
“Kita ini mesti berubah jauh lebih menarik, persaingan kompetisi untuk dapatkan capital global, pemetaan data dilakukan dan sudah dilakukan beberapa proyek berlangsung, harus signifikan perubahan terms and condition-nya,” kata Deputi Eksplorasi, Pengembangan dan Manajemen Wilayah Kerja SKK Migas, Benny Lubiantara di Jakarta, Rabu (17/5/2023).
Seperti diketahui, subholding upstream PT Pertamina (Persero) itu menganggarkan capex sebesar US$5,7 miliar atau setara dengan Rp86,26 triliun (kurs Rp15.134 per US$) pada rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) tahun ini.
Besaran belanja modal itu naik 78,12 persen dari realisasi anggaran sepanjang 2022 yang berada di angka US$3,2 miliar atau setara dengan Rp48,47 triliun.
Sementara itu, porsi alokasi belanja modal untuk rencana merger dan akuisisi PHE tercatat naik signifikan ke level US$1,5 miliar atau setara dengan Rp22,7 triliun pada tahun ini.
Padahal, realisasi anggaran yang digunakan untuk merger dan akuisisi pada 2021 dan 2022 hanya berada di angka masing-masing US$41 juta dan US$27 juta.
“Motor terbesar investasi kita terbesar di PHE, ada beberapa akuisisi yang harus kita lakukan karena kita tidak bisa secara konvensional saja pengembangannya tapi juga unkonvensional, salah satunya Masela,” kata Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati saat pemaparan kinerja 2022, Selasa (6/6/2023).