Bisnis.com, JAKARTA - Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) meminta pengusaha tetap berhati-hati dalam mengelola utang luar negeri (ULN). Meskipun rasio ULN terhadap produk domestik bruto (PDB) mengalami penurunan 29,7 persen pada Mei 2023.
Ketua Umum Kadin, Arsjad Rasjid menuturkan optimalisasi peran ULN harus didorong untuk meningkatkan produktivitas usaha. Pelaku usaha diimbau untuk terus berupaya menurunkan rasio utang yang kurang produktif dengan risiko tinggi. Dengan begitu ULN yang optimal diharap dapat meningkatkan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Kegiatan bisnis yang sehat dapat dicapai dari sisi tata kelola, salah satunya adalah aspek keuangan, yaitu dari sisi utang yang terkendali," kata Arsjad saat dihubungi, Rabu (26/7/2023).
Arsjad menjelaskan, penurunan ULN banyak didorong oleh penurunan utang dari pelaku usaha. Adapun ULN swasta mengalami penurunan 5,8 persen jika dibandingkan dengan tahun lalu menjadi US$196,5 miliar.
Utang yang semakin berkurang, kata Arsjad, menunjukkan beban fiskal dan risiko gagal bayar Indonesia semakin kecil di tengah masifnya kenaikan suku bunga global akibat tingginya inflasi. Dia membeberkan, 78 persen utang swasta didominasi oleh perusahaan di sektor jasa asuransi, industri pengolahan, pertambangan dan penggalian, serta pengolahan listrik.
Kadin mengklaim penurunan utang dan aktivitas bisnis yang berjalan cukup baik menunjukkan bahwa pemulihan berjalan secara cepat pada dunia usaha di Indonesia.
Baca Juga
Menurutnya, ULN yang semakin kecil menjadi bukti tata kelola keuangan pemerintah dan swasta di Indonesia dalam kondisi yang sehat dan kondusif. Kinerja yang solid antara pemerintah dan swasta dianggap akan membawa perekonomian Indonesia semakin kuat hingga akhir 2023.
Sebagaimana diketahui, Bank Indonesia membidik pertumbuhan ekonomi tahun ini di kisaran 4,5-5,3 persen.
"Kadin optimistis, penurunan ULN akan membuat target pertumbuhan Indonesia pada 2023 dapat tercapai," jelasnya.