Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom senior Raden Pardede memprediksi Indonesia masih mampu mempertahankan pertumbuhan ekonomi 5 persen jelang Pemilihan Umum atau Pemilu 2024.
Bahkan dalam tempo dua tahun ke depan, dia mengatakan pertumbuhan ekonomi masih berada pada kisaran angka tersebut. Raden Pardede menyebut selama 10 tahun ke belakang, berdasarkan siklus yang terjadi tidak ada dampak yang sangat signifikan. Termasuk pada Pemilu 2009, Pemilu 2014, dan Pemilu 2019.
Raden mengatakan bahwa pelaku usaha kemungkinan akan bersikap wait and see dan menahan sedikit invetasi menjelang Pemilu.
“Namun, di sisi lain, konsumsi umumnya naik karena ada belanja-belanja saat pemilu. Jadi mungkin bisa saja invetasi sedikit menurun, tapi itu bisa dikompensasi oleh konsumsi. Jadi [pertumbuhan ekonomi] 5 persen masih oke,” kata Raden saat ditemui di Kantor Bisnis Indonesia, Selasa (25/7/2023).
Meski demikian, Raden mengatakan pertumbuhan ekonomi 5 persen tidak bisa membuat Indonesia keluar dari jebakan kelas menengah atau middle income trap. Pasalnya, kata dia, Indonesia harus capai pertumbuhan 6-7 persen untuk keluar dari kondisi tersebut.
“Itu harus extraordinary di sini, tapi untuk sementara di sini 5 persen masih oke,” kata Raden.
Baca Juga
Sebelumnya, Kepala Ekonom Bank BCA David E. Samual menjelaskan gelaran pemilu memiliki efek berganda. Partai maupun peserta pemilu akan melakukan berbagai belanja saat gelaran kampanye.
Dari sisi konsumsi, belanja pakaian, makanan dan minuman, logistik serta transportasi cenderung mencatatkan pertumbuhan yang kuat selama masa pemilu. Bank BCA (BBCA) pun memproyeksikan gelaran pemilu akan menyumbang sekitar 0,15 - 0,2 persen dari baseline pertumbuhan ekonomi.
Bahkan, tambahan stimulus pertumbuhan ekonomi itu bisa meningkat hingga tiga kali lipat pada pemilu 2024 karena dilaksanakan secara serempak.
"Pada 2024 ada kemungkinan pemilu bisa sampai tiga kali, pemilu presiden, legislatif dan pemilu putaran kedua untuk presiden, juga ada pemilu pilkada," kata David.