Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rusia Setop Ekspor Gandum, Bapanas: 52 Persen Impor RI dari Australia

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menuturkan bahwa hampir separuh gandum impor di Indonesia didatangkan dari Australia.
Ilustrasi ladang gandum/World Economic Forum
Ilustrasi ladang gandum/World Economic Forum

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah meyakinkan aksi Rusia menyetop ekspor gandum di kawasan Laut Hitam tidak berpengaruh terhadap pasokan gandum Indonesia.

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menuturkan bahwa sebagian besar pasokan gandum Indonesia bukan dari Rusia maupun Ukraina. Hampir separuh gandum impor di Indonesia didatangkan dari Australia.

"Indonesia 52 persen impor gandumnya dari Australia," ujar Arief saat dihubungi, Kamis (20/7/2023).

Kendati demikian, Arief belum bisa memastikan harga tepung terigu tidak akan bergejolak imbas ketegangan di Eropa Timur. Dia mengakui harga produk impor kerap sangat bergantung dari kondisi di negara asal maupun nilai tukar mata uang.

"Semoga tidak [naik harga tepung terigu], ya," tuturnya.

Adapun, persoalan pasokan dan stok komoditas gandum sebenarnya bukan menjadi ranah kebijakan di Bapanas. Ketentuan itu sesuai dengan Peraturan Presiden No.66/2021 tentang Badan Pangan Nasional.

Alih-alih bergantung pada komoditas gandum yang sepenuhnya impor, Arief mengaku pihaknya fokus pada pengembangan pangan lokal alternatif. Menurutnya, komoditas sorgum menjadi yang paling potensial mensubstitusi penggunaan gandum, meskipun pengembangan produksi sorgum di dalam negeri memerlukan upaya yang ekstra.

"Waktunya kita dorong produksi pangan alternatif lainnya dari negara kita sendiri," katanya.

Setali tiga uang, Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) Ratna Sari Loppies juga membeberkan bahwa selama ini mereka tidak bergantung pada pasokan gandum dari Rusia maupun Ukraina yang tengah berkonflik.

"Menurut saya tidak [berdampak] ya," ujar Ratna saat dihubungi, Kamis (20/7/2023).

Selama ini para produsen tepung terigu di Indonesia lebih mengandalkan pasokan bahan baku dari negara-negara di benua Amerika. Mulai dari Kanada, Amerika Serikat, dan sebagian dari Brasil. Selain itu, pasokan gandum juga didatangkan dari Australia, serta Bulgaria di Eropa Tenggara.

"Jadi stok gandum nasional kita aman," tuturnya.

Adapun, alasan para produsen enggan mengimpor gandum dari Rusia dan Ukraina, yakni selain adanya konflik berkepanjangan, para produsen juga merasa kesulitan untuk mengakses transportasi logistik ke Rusia dan Ukraina.

"Selama ini sulit cari kapal ke sana," katanya.

Ratna pun memastikan harga tepung terigu di dalam negeri akan cenderung terkendali selama tindakan Rusia di Laut Hitam tidak berdampak pada harga gandum global.

"Selama ini harga tepung terigu di dalam negeri bergantung dengan harga gandum internasional dan rate USD [kurs rupiah terhadap dolar]," jelasnya. 

Menyitir data Badan Pusat Statistik (BPS), impor gandum (HS10019912 dan HS10019919) dari Ukraina pada 2022 tercatat sebanyak 166.758 ton dengan nilai sebesar US$61,3 juta. 

Sementara itu, impor gandum (HS10011900, HS10019912, HS10019919, HS10019999) dari Australia pada 2022 tercatat sebanyak 4,24 juta ton dengan nilai sebesar US$1,71 miliar.

Selain Australia, Indonesia juga banyak mengimpor gandum dari Kanada. Data BPS mencatat impor gandum dari Kanada pada 2022 sebanyak 1,32 juta ton dengan nilai impor sebesar US$633,8 juta. Adapun, impor gandum dari Amerika Serikat pada 2022 sebanyak 392.411 ton dengan nilai sebesar US$162,9 juta.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper