Bisnis.com, JAKARTA – Industri makanan dan minuman (mamin) diproyeksikan akan tumbuh sebesar 7 persen pada 2023, imbas adanya berbagai persiapan jelang pemilihan umum (Pemilu) yang bakal berlangsung pada Februari tahun depan.
Ketua Umum Gabungan Produsen Makanan dan Minuman (Gapmmi) Adhi S. Lukman memproyeksikan pertumbuhan industri mamin tahun ini didorong oleh banyaknya agenda politik yang akan digelar sebelum pergantian tahun.
Terlebih, menurutnya, pada kuartal I/2023 industri mamin tumbuh 5,3 persen. Menurut Adhi, angka ini meningkat dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya yang mencapai 4,9 persen.
Meskipun angka tersebut belum mencapai angka pertumbuhan kinerja industri mamin dalam masa normal sebelum pandemi sebesar 7 hingga 10 persen.
“Kami yakin ini menjadi salah satu pendorong politik dan kemudian kita juga berharap dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil di atas 5 persen, berharap 6 persen atau sekitar 5 hingga 7 persen,” tutur Adhi di kantor Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Jakarta pada Selasa (18/7/2023).
Lebih lanjut Adhi menjelaskan proyeksi ini dibidik berdasarkan pengalaman pada periode-periode jelang tahun politik sebelumnya yang selalu mendatangkan keuntungan tersendiri bagi industri mamin.
Baca Juga
“Pengalaman yang lalu periode politik atau Pemilu ini menjadi berkah juga bagi industri mamin karena banyak sekali kegiatan-kegiatan acara-acara yang dilakukan baik oleh partai oleh individu-individu caleg,” tambah Adhi.
Di sisi lain, Adhi juga menyoroti berakhirnya status pandemi Covid-19 baik secara nasional maupun internasional. Hal ini dikarenakan menurutnya perjalanan akan meningkat dan berimbas pada moncernya industri mamin.
Dalam catatan Bisnis pada Minggu (29/1/2023), Gapmmi memproyeksikan pertumbuhan kinerja industri mamin tahun ini sebesar 5 persen. Meskipun proyeksi itu kemudian dikoreksi menjadi 7 persen pada akhir kuartal I/2023.
Saat itu Adhi menilai, industri ini memang cukup prospektif jika dibandingkan dengan industri lain, di tengah permasalahan pemulihan ekonomi pasca pandemi serta permasalahan pasar ekspor akibat ketidakstabilan kondisi geopolitik.