Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KAI Sebut LRT Jabodebek Baru Balik Modal 13 Tahun

PT Kereta Api Indonesia (Persero) menghitung pengembalian modal proyek LRT Jabodebek yang menelan biaya Rp32,5 triliun dapat dicapai dalam 13 tahun.
Sebanyak 19 trainset dari total 31 trainset LRT Jabodebek telah dikirim ke Jakarta melalui stasiun Harjamukti (20/1/2021). /INKA
Sebanyak 19 trainset dari total 31 trainset LRT Jabodebek telah dikirim ke Jakarta melalui stasiun Harjamukti (20/1/2021). /INKA

Bisnis.com, JAKARTA – PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI menyebut proyek LRT Jabodebek dapat balik modal setelah 13 tahun beroperasi. 

Kepala Divisi LRT Jabodebek KAI Mochamad Purnomosidi mengatakan, proyeksi balik modal tersebut dihitung dengan menggunakan asumsi tarif terjauh sebesar Rp25.000. 

Dia mengatakan, pendapatan nontarif (non-fare box), seperti periklanan dan biaya sewa kios akan berkontribusi sekitar 1 persen hingga 5 persen dalam pengembalian modal proyek yang menelan biaya Rp32,5 triliun tersebut.

“Kami punya asumsi tarif maksimal Rp25.000 sehingga investasi bisa kembali dalam 13 tahun,” jelasnya saat dihubungi, Senin (17/7/2023).

Purnomosidi melanjutkan, durasi pengembalian investasi tersebut juga masih bergantung pada besaran subsidi yang akan diberikan pemerintah dan juga minat masyarakat terhadap moda transportasi ini.

Purnomosidi memaparkan, KAI dapat menggunakan porsi subsidi pemerintah untuk pembayaran utang investasi tersebut. Hal ini dapat dilakukan jika kerelaan masyarakat dalam menggunakan LRT Jabodebek (willingness to pay) terbilang optimal dibarengi dengan subsidi pemerintah yang besar.

Sementara itu, jika willingness to pay masyarakat terbilang rendah, maka PT KAI akan menggunakan subsidi yang diberikan pemerintah untuk mengurangi tarif yang berlaku. Meski demikian, Purnomosidi belum dapat menyebutkan kepastian penurunan tarif tersebut mengingat saat ini besaran subsidi dan tarif belum diitetapkan.

“Oleh karena itu, kami akan lihat dulu minat dan kemampuan masyarakat dalam 6 bulan sampai 1 tahun setelah LRT beroperasi. Setelah itu, baru kami evaluasi” katanya.

Sebelumnya, berdasarkan catatan Bisnis, LRT Jabodebek sempat mengalami pembengkakan biaya atau cost overrun. PT KAI menyebutkan estimasi cost overrun tersebut adalah sebesar Rp2,6 triliun. Angka tersebut meliputi peningkatan biaya praoperasi dan biaya interest during construction (IDC). 

Dengan peningkatan tersebut, PT KAI mencatat nilai proyek LRT membengkak dari sebelumnya Rp29,9 triliun menjadi total Rp32,5 triliun.

Untuk menutupi pembengkakan biaya, pemerintah memberikan penyertaan modal negara (PMN) yang bersumber dari APBN 2021 sebesar Rp6,9 triliun kepada PT KAI. Dana tersebut digunakan untuk melanjutkan pembangunan proyek LRT Jabodebek dan Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper