Bisnis.com, JAKARTA – Neraca perdagangan Indonesia membukukan surplus sebesar US$19,93 miliar sepanjang semester I/2023.
Sekretaris Utama Badan Pusat Statistik (BPS) Atqo Mardiyanto menyampaikan bahwa capaian surplus tersebut lebih rendah US$5,06 miliar atau 20,24 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.
Dia mengatakan secara kumulatif total ekspor pada semester I/2023 mencapai US$128,66 miliar turun 8,86 persen jika dibandingkan dengan periode semester I/2022.
“Untuk ekspor nonmigas secara kumulatif mencapai US$120,82 miliar atau turun sebesar 9,32 persen, sedangkan ekspor migas mencapai US$7,84 miliar atau turun 1,28 persen,” katanya dalam konferensi pers, Senin (17/7/2023).
Sepanjang semester I/2023, nilai ekspor tertinggi tercatat pada sektor industri pengolahan, yang mencapai US$91,47 miliar, namun turun cukup dalam hingga 10,19 persen dibandingkan dengan periode semester I/2022.
“Penurunan tersebut utamanya didorong oleh penurunan ekspor komoditas besi dan baja, kimia dasar organik yang bersumber dari hasil pertanian, minyak kelapa sawit, sepatu olahraga, dan pupuk,” jelas Atqo.
Baca Juga
Sementara itu, total nilai impor sepanjang semester I/2023 tercatat mencapai US$108,73 miliar atau turun sebesar 6,42 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.
Jika dirincikan, nilai impor nonmigas pada periode Januari-Juni 2023 mencapai US$92,09 miliar, turun 4,79 persen, sedangkan impor migas mencapai US$16,64 miliar atau turun 14,51 persen.
Berdasarkan penggunaannya, nilai impor tertinggi tercatat pada bahan baku/penolong yang mencapai US$80,06 miliar, namun mengalami penurunan 11,14 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.
Penurunan ini utamanya didorong oleh komoditas bahan bakar mineral, mesin/perlengkapan elektrik dan bagiannya, serta mesin/peralatan mekanis dan bagiannya.
Lebih lanjut, impor barang konsumsi dan barang modal tercatat mengalami kenaikan masing-masing 2,81 persen dan 13,97 persen menjadi US$9,77 miliar dan US$18,89 miliar.