Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Surplus Neraca Dagang Menyusut, Cadangan Devisa RI Berpotensi Turun hingga Akhir 2023

Meski turun, namun terkurasnya cadangan devisa pada tahun 2023 diperkirakan tidak signifikan.
Ilustrasi cadangan devisa Indonesia - Bisnis/Himawan L Nugraharn
Ilustrasi cadangan devisa Indonesia - Bisnis/Himawan L Nugraharn

Bisnis.com, JAKARTA – Cadangan devisa Indonesia diperkirakan masih berpotensi menurun di sisa tahun ini sejalan dengan neraca perdagangan Indonesia yang menyusut.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal menyampaikan bahwa meski turun, namun terkurasnya cadangan devisa diperkirakan tidak signifikan.

“Perlu diwaspadai surplus neraca perdagangan yang menyempit karena ekspor mengalami penurunan. Sekarang neraca perdagangan masih bisa surplus karena impor mengalami penurunan tajam,” katanya kepada Bisnis, Kamis (6/7/2023).

Sementara itu, jika kinerja ekspor turun lebih tajam dari yang diperkirakan, maka neraca perdagangan berpotensi mencatatkan defisit, meski relatif kecil.

Di sisi lain, Faisal memperkirakan tekanan dari sisi eksternal ke pasar keuangan Indonesia cenderung terbatas. 

“Meski ada tekanan suku bunga the Fed, tapi tekanannya ke Indonesia tidak terlalu besar. Karena faktor itu juga, pengurasan cadangan devisa untuk stabilisasi nilai tukar rupiah tidak terlalu besar sehingga penurunannya tidak akan tajam,” jelasnya.

Pada Juni 2023, Faisal memperkirakan posisi cadangan devisa turun tipis namun masih berada di atas US$135 miliar.

“Dari sisi volatilitas, rupiah relatf terjaga, jadi BI tidak menggunakan banyak cadangan devisa untuk mengurangi tekanan eksternal terhadap nilai tukar rupiah,” katanya.

Sementara itu, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan cadangan devisa pada Juni 2023 berpotensi naik tipis sebesar US$500 juta hingga US$1 miliar menjadi ke kisaran US$139,8 miliar hingga US$140,3 miliar. 

Kenaikan tersebut didukung oleh aliran masuk modal asing di pasar saham dan obligasi sebesar US$790 juta pada periode tersebut.

“Di sisi lain, dilihat dari nilai tukar rupiah, rupiah cenderung bergerak stabil di kisaran Rp14.850-Rp15.000 di tengah dinamika ketidakpastian global,” katanya.

Josua menjelaskan, berbeda dengan periode Mei 2023, di mana terdapat utang jatuh tempo pemerintah dalam jumlah besar, pada Juni 2023 tidak ada faktor pemicu penurunan cadangan devisa dari pelunasan utang pemerintah. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper