Bisnis.com, JAKARTA - Serbuan pembeli luar negeri terhadap logam penting China, Galium yang akan dibatasi pada 1 Agustus 2023 kini telah mereda.
Mengutip Bloomberg, Jumat (14/7/2023), permintaan galium telah mereda lantaran laju permintaannya melambat dan harga lokal diketahui stabil.
Peneliti Shanghai Metals Market (SMM), mengatakan bahwa permintaan dari pembeli asing telah meningkat. Menurutnya, risiko meningkat karena pengiriman mungkin tidak dapat berangkat sebelum pembatasan diberlakukan pada bulan depan.
Sebagaimana diketahui, China membatasi dua logam penting yakni galium dan germanium. Langkah ini dilihat sebagai eskalasi perang perdagangan teknologi terhadap AS dan Eropa.
Kedua logam tersebut sangat penting untuk bagian dari industri semikonduktor, telekomunikasi dan kendaraan listrik.
Pembatasan ini kemudian mendapatkan respons oleh Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen yang menyuarakan keprihatinannya selama kunjungannya ke China.
Baca Juga
Uni Eropa juga ingin memastikan pembatasan kedua logam tersebut didasarkan pada implikasi keamanan yang jelas dan mematuhi aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Harga Galium
Menurut Asian Metal Inc., setelah kenaikan awal, harga galium lokal telah stabil. Harga free-on-board tidak berubah pada US$290 per kilogram atau sekitar Rp4,3 juta selama dua hari terakhir, mengikuti lonjakan 16 persen setelah pengumuman pembatasan yang mengharuskan eksportir mengajukan izin dari kementerian perdagangan.
Kemudian, menurut SMM, harga mungkin akan turun akhir tahun ini karena pembatasan lebih banyak mempertahankan pasokan di dalam negeri, dan memperburuk surplus domestik.
SMM juga mengatakan bahwa China adalah produsen utama galium primer, dengan kapasitas lebih dari 800 ton per tahun.
Harga galium global juga stabil setelah lonjakan, yakni naik 1,5 persen menjadi US$331 per kg atau sekitar Rp4,9 juta, menyusul lonjakan 27 persen minggu lalu karena para pembeli bergegas mengunci pasokannya sebelum pembatasan China yang dimulai bulan depan.