Bisnis.com, JAKARTA - Kebijakan China yang membatasi ekspor galium dan germanium per 1 Agustus 2023 lalu membuat banyak negara kalang kabut.
Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Andi Widjajanto mengatakan bahwa kedua komoditas mineral kritis itu merupakan komponen penting dalam industri semikonduktor dan jumlahnya terbatas.
“Langsung panik negara-negara yang sedang melakukan perang teknologi dan perang dagang dengan China karena 1 Agustus 2023 galium dan germanium,” kata Andi dalam Seminar Nasional Program Pendidikan Singkat Angkatan (PPSA) XXIV Tahun 2023 Lemhannas RI, Selasa (3/10/2023).
Hal itu, kata Andi, lantaran China merupakan negara dengan cadangan galium dan germanium terbanyak. Dia mengatakan, sekitar 60 persen produksi galium dunia ada di China dan 98 persen produksi germanium dunia juga terdapat di China.
Terlebih, Andi menjabarkan, jika ada negara yang ingin mengimpor galium dan germanium dari China harus mengajukan terlebih dahulu izin pembelian. Nantinya, pihak China akan memverifikasi siapa saja yang akan lolos verifikasi.
“Kalau mau diekspor harus lolos verifikasi national security dan 60 serta 90 persen ada di China," ujarnya.
Baca Juga
Pada awal Juli 2023, China mengumumkan pembatasan ekspor delapan produk galium dan enam germanium dengan alasan keamanan nasional per tanggal 1 Agustus 2023.
Menurut Kementerian Perdagangan China, para eksportir untuk logam tersebut perlu mengajukan izin ekspor untuk barang dan teknologi penggunaan ganda yang memiliki potensi aplikasi militer dan sipil.