Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memandang industri manufaktur akan memiliki kinerja lebih baik pada kuartal III/2023 meski dihadapkan pada sejumlah tantangan.
Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita, mengatakan tren positif kinerja manufaktur Indonesia bakal berlanjut di kuartal III/2023.
Adapun, skor manufaktur pada Juni 2023 baik berdasarkan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Kemenperin maupun Purchasing Manager’s Index (PMI) yang dirilis S&P Global mengalami kenaikan yang signifikan dibanding bulan sebelumnya.
IKI pada Juni 2023 berada pada angka 53,93 atau naik 3,03 poin dari Mei 2023 yaitu 50,9. Sementara itu, PMI Mei 2023 dengan skor tipis di atas batas ekspansi sebesar 50,3, naik sebesar 2,2 poin menjadi 52,5 pada Juni 2023.
Agus menyebutkan, kinerja manufaktur pada Juni yang meroket ini disebabkan oleh kinerja beberapa subsektor yang menjadi kontributor utama, seperti industri otomotif, industri makanan, juga industri minuman.
“Ada beberapa sektor yang makin ekspansi pascalebaran. Sektor-sektor ini jadi prime kontributor bagi peningkatan kinerja industri,” kata Agus kepada Bisnis pada Jumat (14/7/2023).
Baca Juga
Tidak hanya skor manufaktur yang moncer akibat peningkatan permintaan, menurut Agus saat ini suku bunga sedang berpihak kepada industri.
“Sejauh ini saya pandang cukup kompetitif, tapi kalau bisa lebih turun [suku bunga] saya menyambut baik rencana tersebut,” ujarnya.
Kendati demikian, Agus masih mewanti-wanti pada kuartal III/2023 ini, manufaktur nasional masih dihadapkan dengan sederet persoalan yang disebabkan oleh perubahan iklim. Menurutnya, perubahan iklim dapat menyebabkan adanya disrupsi perdagangan dunia.
“Beberapa bahan baku untuk industri makanan minuman agak terganggu karena anomali cuaca,” kata Agus.
Sementara, di luar itu persoalan perubahan iklim, Agus menyebutkan Kemenperin juga mewaspadai langkah-langkah dari beberapa negara yang berencana untuk secara agresif masuk ke pasar Indonesia. Hal ini dikarenakan negara-negara tersebut sedang oversupply.
Untuk menghadapi sederet tantangan manufaktur nasional ke depan, Agus menyatakan pemerintah akan menjaga koordinasi dan komunikasi. Menurutnya, segala hambatan baik di dalam negeri dan luar negeri agar dapat dikomunikasikan dengan baik.
“Sebagai contoh kami akan mengakselerasi belanja pemerintah untuk produk dalam negeri serta menerapkan barrier to trade untuk komoditi yang kemungkinan akan menghadapi tekanan impor,” jelas Agus.
Di sisi lain, Agus juga menyebut Kemenperin akan memberikan insentif untuk industri manufaktur, baik dari segi sisi fiskal, maupun non-fiskal.
“Misalnya Tax Holiday, KUR dan Program sertifikasi TKDN IK. Sosialisasi insentif juga kami upayakan secara intensif agar realisasinya bisa terus meningkat,” paparnya.
Di saat yang sama, Agus menyebut Kemenperin juga mendorong promosi dan perluasan ke pasar-pasar non-tradisional. Menurutnya, langkah tersebut akan membantu kinerja ekspor manufaktur nasional, meski sebagian subsektor tengah terdampak perang Rusia-Ukraina.
Dihubungi terpisah, Ketua Umum Gabungan Produsen Makanan dan Minuman (Gapmmi), Adhi S. Lukman, juga menyebutkan bahwa industri makanan dan minuman sepanjang 2023 masih akan dihadapkan dengan persoalan akibat perubahan iklim.
“Climate change ini urusan panjang, dari awal sampai ke depan sepertinya masih ya,” ujar Adhi.