Bisnis.com, JAKARTA – Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) memprediksi kinerja industri pada kuartal III/2023 akan membaik seiring dengan stabilnya kondisi perekonomian domestik dan perbaikan pada pasar global.
Meski demikian, tingkat likuiditas domestik perlu ditingkatkan untuk menggenjot minat investor masuk ke Indonesia.
Wakil Ketua Umum Bidang Perindustrian Kadin Bobby Gafur Umar mengatakan, performa industri pada kuartal III/2023 salah satunya didukung oleh kondisi perekonomian Indonesia yang terjaga. Hal tersebut terlihat dari pergerakan inflasi dan pertumbuhan PDB yang optimal.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, inflasi bulan Juni 2023 tercatat sebesar 3,5 persen year on year (yoy), menurun dari bulan Mei yang sebesar 4,0 persen yoy. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga kuartal I/2023 tercatat sebesar 5,03 persen.
Kondisi tersebut juga didukung oleh rilis data ekonomi di pasar global yang menunjukkan tren perbaikan. Dia menyebutkan, salah satu indikator positif dari luar negeri adalah angka inflasi AS yang sudah turun ke kisaran 3 persen dari sebelumnya 9 persen.
“Oleh karena itu, kondisi-kondisi ini akan jadi titik cerah buat ekonomi dan industri Indonesia,” kata Bobby saat dihubungi, Jumat (14/7/2023).
Baca Juga
Bobby melanjutkan, perbaikan ekonomi global ini terutama akan berimbas positif untuk industri-industri yang berorientasi ekspor, seperti alas kaki, tekstil, dan furnitur. Dia menyebutkan, industri tersebut akhirnya harus mengandalkan pasar domestik akibat kondisi ekonomi dunia yang kurang kondusif.
Di sisi lain, Bobby juga mengatakan perlu ada likuiditas yang lebih besar lagi di pasar domestik untuk menggenjot pertumbuhan industri. Oleh karena itu, dia berharap Bank Indonesia (BI) melakukan evaluasi terhadap kebijakan suku bunganya dan menurunkan tingkat suku bunga acuan.
Dia menjelaskan, suku bunga acuan Indonesia tidak mengalami perubahan selama 3 bulan terakhir. Menurutnya, penurunan tingkat suku bunga dapat menjadi motor penggerak pertumbuhan industri Indonesia.
“Dengan penurunan suku bunga, maka orang akan mulai belanja sehingga likuiditas juga akan meningkat. Kalau likuiditas meningkat, maka investasi juga akan terdorong naik,” tambahnya.
Terkait investasi, Bobby juga menyebut pemerintah perlu meningkatkan peran swasta, baik dalam maupun luar negeri, untuk masuk ke industri Indonesia. Menurutnya, hal ini perlu dilakukan agar pembangunan industri di Indonesia tidak hanya dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Bobby menambahkan, pemerintah juga perlu menggenjot penyelesaian program-program kerja baik di nasional maupun daerah agar pertumbuhan ekonomi dan industri Indonesia dapat terjaga. Hal ini mengingat kondisi Indonesia yang mulai memasuki tahun politik yang berpotensi memiliki efek negatif pada industri.
Selain itu, pemerintah juga perlu menjaga konsistensi program atau proyek yang akan dilaksanakan. Konsistensi tersebut akan menjadi pertimbangan penting terutama untuk investor asing sebelum memutuskan masuk ke Indonesia.
“Kalau sudah ada program yang dijalankan, kepastian hukumnya harus jelas. Kalau tidak demikian, mereka akan ragu berinvestasi di Indonesia,” pungkasnya.