Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BPS: Tren Inflasi saat Iduladha Lebih Rendah dari Idulfitri

Pada periode Iduladha, masyarakat Indonesia cenderung tidak meningkatkan konsumsinya yang berdampak terhadap tidak terjadi dorongan inflasi.
Wapres Maruf Amin berkurban seekor sapi berjenis Simmental seberat 1 ton yang diserahkan kepada panitia kurban Masjid Istiqlal Jakarta / Setwapres
Wapres Maruf Amin berkurban seekor sapi berjenis Simmental seberat 1 ton yang diserahkan kepada panitia kurban Masjid Istiqlal Jakarta / Setwapres

Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa tren inflasi pada bulan di mana terdapat Hari Besar Keagamaan dan Nasional (HBKN) Iduladha cenderung lebih rendah dibandingkan Idulftri. 

Direktur Statistik Harga BPS Windhiarso Putranto melaporkan bahwa pada momen perayaan Iduladha 2019, 2021, dan 2022 terjadi inflasi barang dan jasa secara umum. Pada 2020 atau masa pandemi Covid-19 justru terjadi deflasi. 

“Pada periode Iduladha, masyarakat Indonesia cenderung tidak meningkatkan konsumsinya yang berdampak terhadap tidak terjadi dorongan potensi inflasi akibat permintaan,” ujarnya dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah, dikutip, Rabu (28/6/2023). 

Sebagai contoh, pada Iduladha 2019 yang jatuh pada Agustus, inflasi tercatat sebesar 0,12 persen month-to-month (mtm), sementara ketika itu Idulfitri pada Juni mendorong inflasi di level 0,55 persen (mtm).  

Hal serupa terjadi pada masa awal Covid-19 atau 2020, di mana inflasi pada periode perayaan Iduladha yang jatuh pada Juli justru deflasi 10 persen. Sementara perayaan Idulfitri masih menyumbang inflasi sebesar 0,07 persen.  

Pada 2021, perayaan Iduladha kembali menyumbang inflasi sebesar 0,08 persen (mtm), lebih rendah dari inflasi yang terjadi kala Idulfitri 2021 yang mencapai 0,32 persen. 

Sementara pada tahun lalu, Idulfitri mendorong inflasi hingga 0,33 persen (mtm), sementara Iduladha hanya 0,09 persen. 

Kenaikan harga yang terjadi pada HBKN tersebut cenderung karena faktor supply, di mana pasokan dari hasil produksi berkurang akibat belum memasuki masa panen atau faktor eksternal lainya. 

Untuk periode Juni ini, BPS memproyeksikan komoditas yang berpotensi meyumbang inflasi, adalah daging ayam ras yang mana terjadi kenaikan harga di 184 kab/kota. 

Pada kesempatan yang sama, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian melaporkan Hari Besar Keagamaan dan Nasional (HBKN) Iduladha tidak berpotensi mendorong kenaikan inflasi.  “Diprediksi pada Iduladha tidak terjadi dorongan potensi inflasi yang signifikan,” ujarnya. 

Adapun, BPS akan mengumumkan Inflasi Juni 2023 pada Senin, 3 Juli 2023 pukul 11.00 WIB.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper