Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Manufaktur Terus Kendur, Ini Buktinya

Kontribusi industri manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto atau PDB selama sedekade belakangan terus tergerus.
Pekerja bidang manufaktur di Amerika Serikat/Reuters
Pekerja bidang manufaktur di Amerika Serikat/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Selama sedekade, kontribusi industri manufaktur terus menyusut. Dari sekitar 20,5 persen rata-rata terhadap PDB selama sedasawarsa, menciut hingga 18,57 persen.

Sektor industri yang menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi nasional dari tahun ke tahun, masih dihadapkan dengan rentetan kendala yang menyebabkan penurunan kontribusi terhadap ekonomi nasional dalam satu dekade terakhir.

Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), dikutip dari laman dataindonesia.id, produk domestik bruto (PDB) sektor industri atas dasar harga berlaku (ADHB) pada kuartal I/2023 sebesar Rp941,6 triliun.

Angka tersebut berkontribusi sebesar 18,57 persen terhadap PDB nasional yang sebesar Rp5,07 kuadriliun. Namun, kontribusi sektor industri sebesar 18,57 persen tersebut menurun dalam 10 tahun terakhir, karena rata-rata kontribusi  sektor industri selama satu dekade terakhir adalah sebesar 20,5 persen. 

Pada kuartal I/2013 kontribusi sektor industri 21,57 persen, lalu pada kuartal I/2014 21,26 persen, kuartal I/2015 21,25 persen, kuartal I/2016 sebesar 21,08 persen, kuartal I/2017 20,5 persen, kuartal I/2018 20,24 persen, kuartal I/2019 20,07 persen, kuartal I/2019 19,97 persen, kuartal I/2020 19,82 persen, kuartal I/2021 19,21 persen.

Begitu juga dengan kontribusi industri pengolahan nonmigas terhadap perekonomian yang juga tercatat menurun. Dibandingkan dengan satu dekade sebelumnya, persentase kontribusi industri pengolahan nonmigas pada kuartal I/2023 sebesar 16,77 persen.

Angka 16,77 persen tersebut turun dibandingkan 17,98 persen atau rata-rata kontribusi industri pengolahan nonmigas satu dekade terakhir.

Pada kuartal I/2013 kontribusi industri pengolahan nonmigas terhadap perekonomian nasional mencapai 18,08 persen. Lalu kuartal I/2014 17,9 persen, kuartal I/2015 18,31 persen, 2016 kuartal I/18,55 persen.

Dilanjutkan pada kuartal I/2017 18,09 persen, kuartal I/2018 17,93 persen, kuartal I/2019 17,86 persen, kuartal I/2020 17,86 persen, kuartal I/2021 sebesar 17,9 persen dan terakhir tahun 2022 pada periode yang sama sebesar 17,36 persen.

Dilihat dari purchasing manager’s index (PMI) manufaktur Indonesia memang mencatatkan level ekspansi selama 21 bulan berturut-turut. Namun, sejak pertengahan 2022 lalu beberapa sektor mengalami penurunan yang cukup dalam.

Sektor-sektor tersebut seperti industri tekstil dan pakaian jadi, industri alas kaki, industri kulit dan barang kulit, industri furnitur juga industri mainan anak.

Dalam catatan Bisnis pada Jumat (16/6/2023), Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyebutkan saat ini sektor industri masih mengalami sederet kendala yang membuat kinerjanya tidak maksimal.

"Kinerja industri masih menghadapi tantangan, suplai, kompleksitas produk, daya saing produk, produktivitas tenaga kerja industri, adopsi teknologi, kemampuan inovasi, serta partisipasi dalam global value chain," kata Agus.

Di samping itu, mantan Menteri Sosial 2018-2019 ini juga menyebutkan industri manufaktur menghadapi permasalahan akses bahan baku dan bahan penolong, tantangan produk-produk impor, pengolahan limbah B3, serta permasalahan di sektor logistik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Widya Islamiati
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper